Jumat, 19
April 2019
HARI JUMAT
AGUNG (M)
Puasa dan Pantang
Bacaan Alternatif
& Devosi: 14.00 – 15.00
JAM KETIGA - SENGSARA DI SALIB - KATA-KATA
KE-LIMA, KE-ENAM DAN KE-TUJUH (+ 33 menit)
--------
Alternatif Bacaan Harian, sambil berdoa
dan berdevosi yang sangat menyenangkan Hati Yesus.
… " Jam-jam ini adalah
yang paling berharga dari semuanya, karena itu semua tidak lebih dari
pengulangan dari apa yang Aku lakukan dalam perjalanan hidup fana-Ku, dan apa
yang terus Ku-lakukan dalam Sakramen Mahakudus. Ketika Aku mendengar Jam-jam
Sengsara-Ku ini, Aku mendengar suara-Ku sendiri, doa-doa-Ku sendiri. Dalam jiwa
itu Aku melihat Kehendak-Ku - yaitu menginginkan kebaikan bagi semua dan untuk
memperbaiki semua - dan Aku merasa tertarik untuk tinggal di dalam dirinya,
untuk dapat melakukan apa yang dia sendiri lakukan di dalam dirinya. Oh, betapa
Aku akan mencintai bahkan satu jiwa pun untuk setiap kota melakukan Jam Jam
Kesukaanku ini! Aku akan mendengar Diri-Ku di setiap kota, dan Keadilan-Ku,
murka selama waktu ini, akan ditenangkan sebagian. "
- Lompati membaca bagian ini jika anda
telah pernah membacanya, langsunglah masuk ke Doa Persiapan Awal.
--------
DOA PERSIAPAN AWAL
O Tuhan Yesus Kristus-ku, tersungkur di hadirat Ilahi-MU, aku
memohon pada Hati-MU yang sungguh mengasihi untuk mengijinkan aku untuk masuk
ke dalam renungan sedih akan 24 jam Sengsara-MU, dimana, demi cinta kepada kami
Engkau mau menderita sedemikian besarnya yang dialami oleh Tubuh-MU yang layak
di sembah itu dan dialami oleh Jiwa-MU yang Maha Kudus, bahkan sampai kematian
di salib. O berikanlah aku pertolongan, rahmat, cinta, hasrat yang
sungguh-sungguh dan pengertian akan sengsara-sengsara-MU saat aku melakukan
renungan Jam ini.
Untuk jam-jam dimana aku tidak dapat merenungkannya, aku
mempersembahkan pada-MU niat yang kumiliki untuk merenungkan
peristiwa-peristiwa tersebut; dan aku mohon untuk merenungkan
peristiwa-peristiwa tersebut dengan niatku selama jam-jam dimana aku harus
mendedikasikan diriku untuk tugas-tugasku atau untuk tidur.
Terimalah, O Tuhan yang penuh belas kasih, niat cintaku ini, dan
biarlah bermanfaat bagiku dan bagi semua, sebagaimana aku dengan cara yang
efektif dan cara yang kudus mencapai apa yang ingin kulakukan.
Aku bersyukur kepada-MU, O Yesus-ku. Aku berterimakasih pada-MU
karena Engkau telah memanggil aku untuk bersatu dengan Engkau di dalam doa.
Untuk menyenangkan-MU, aku mengambil Pikiran-pikiran-MU, Lidah-MU dan Hati-MU.
Aku ingin berdoa dengan semuanya itu. Aku ingin menggabungkan diriku di dalam
kehendak-MU dan di dalam Cinta-MU. Aku merentangkan tangan-tanganku untuk
memeluk Engkau, aku meletakkan kepalaku di Hati-MU – dan aku memulai…
JAM KETIGA - SENGSARA DI SALIB - KATA-KATA
KE-LIMA, KE-ENAM DAN KE-TUJUH
Kata-kata ke-lima:
«Aku haus! »
Yesus-ku yang tersalib, sedang sekarat, merangkul
salib, aku merasakan api yang menyala di seluruh Pribadi Maha Kudus-Mu.
Jantung-Mu berdegub keras mendorong rusuk-rusuk-Mu, menyiksa Engkau sedemikian
dengan cara menyengsarakan dan mengerikan sehingga semua kemanusiaan Maha
Kudus-Mu mengalami sebuah perubahan yang membuat Engkau tak dikenali lagi.
Cinta yang membuat Hati-Mu terbakar, membakar-Mu. Tak mampu menahannya, Engkau merasa
siksaan itu begitu dashyatnya tidak hanya pada kehausan secara fisik karena
seluruh Darah-Mu tertumpah, tetapi lebih lagi, dahaga yang membakar akan
kesehatan jiwa-jiwa kami. Engkau ingin meminum kami sebagai air untuk
memberikan kepada kami semua keselamatan di dalam Diri-Mu sendiri. Jadi,
mengumpulkan kekuatan-Mu yang memudar, Engkau berteriak:
“Aku haus!”
Ya, Engkau mengulangi kata-kata ini di setiap hati:
“Aku haus akan kehendakmu, akan kasih-mu, akan
hasrat-mu, akan cinta-mu. Engkau tidak dapat memberikan air yang lebih
menyejukkan dan menyegarkan daripada jiwamu sendiri. Mohon, janganlah buat Aku
terbakar. Aku terbakar dengan dahaga dimana Aku tak hanya merasakan lidah dan
tenggorokanku terbakar – dimana Aku tak lagi dapat mengucapkan sebuah kata –
tetapi Aku juga merasa Hati-Ku dan organ-organ-Ku sedarang sekarat. Kasihanilah
akan kehausan-Ku! Kasihanilah!” Menjadi tak waras karena dahaga yang begitu
besar, Engkau menyerahkan Diri-Mu sendiri kepada Kehendak Bapa.
Tidak, hatiku tidak dapat terus hidup seperti ini: aku
melihat kejahatan para musuh-Mu yang bukannya memberikan Engkau minum malahan
memberikan-Mu kepahitan empedu dan cuka – yang tak Kautolak. Ya, aku mengerti:
itulah kepahitan empedu dari begitu banyak dosa; itulah cuka dari hasrat-hasrat
yang tak beraturan yang ingin mereka berikan pada-Mu, yang bukannya
melegakan-Mu, namun membuat Engkau semakin terbakar.
O Yesus-ku, inilah hatiku, pikiranku, kasihku. Inilah
seluruhnya aku, bagi-Mu untuk melepaskan dahaga-Mu dan untuk menyegarkan mulut-Mu
yang kering dan pahit. Seluruhnya aku dan seluruh yang kumiliki untuk-Mu, O
Yesus-ku. Jika kesakitan-kesakitan-ku diperlukan untuk menyelamatkan satu jiwa
saja, inilah aku. Aku siap untuk menderita segalanya. Aku mempersembahkan
diriku seluruhnya bagi-Mu, untuk melakukan apapun terhadapku seperti yang
Kau-mau. Aku berniat untuk membuat pemulihan bagi kesakitan yang Kauderita bagi
semua jiwa yang tersesat, dan bagi kesakitan yang diberikan oleh jiwa-jiwa itu
kepada-Mu sehingga saat Engkau mengijinkan mereka mengalami kesedihan dan
ditinggalkan, bukannya mempersembahkan itu semua kepada-Mu untuk melegakan
dahaga yang membakar yang melahap-Mu, mereka justru kehilangan hati dan membuat
Engkau semakin menderita.
Kata-kata ke-enam:
« Sudah selesai! ».
Yesus-ku yang sekarat, samudera tak berkesudahan akan
kesakitan-kesakitan-Mu, api yang membakar-Mu, dan lebih daripada semuanya ini,
Kehendak Maha Kuasa Bapa yang menginginkan Engkau wafat, tidak lagi mengijinkan
kami untuk berharap bahwa Engkau dapat terus hidup. Bagaimanakah aku dapat
hidup tanpa-Mu? Kekuatan-Mu telah habis, mata-Mu kabur, wajah-Mu berubah dan
bertiraikan kepucatan yang mematikan. Mulut-Mu setengah terbuka dan nafas-Mu
tersengal-sengal demikian rupa hingga tidak lagi ada harapan bahwa Engkau dapat
bertahan. Pada api yang membakar-Mu ada pula keringat dingin yang membasahi
dahi-Mu. Otot dan syaraf-syaraf berkontraksi tak beraturan karena kesakitan dan
karena ditahan oleh paku-paku, sementara luka-luka semakin merobek. Aku gemetar
dan merasakan diriku sendiri juga sekarat. O Yesus-ku yang baik, aku melihat
Engkau dan melihat airmata terakhir menetes dari mata-Mu mendahului kematian-Mu
yang mendekat, dengan usaha yang besar Engkau masih mengatakan kata-kata lagi:
“Sudah selesai!”
O Yesus-ku, sekarang Engkau telah memberikan
segalanya. Tiada lagi yang Kausisakan. Cinta telah mencapai ujung akhirnya.
Dan bagaimana dengan aku: Apakah aku seluruhnya
terbakar untuk Cinta-Mu? Betapa sungguh aku harus bersyukur kepada-Mu! O
Yesus-ku, aku berniat untuk membuat pemulihan bagi setiap orang. Aku berniat
untuk membuat pemulihan bagi kurangnya tanggapan akan Cinta-Mu, dan untuk
menghibur-Mu untuk semua yang telah Kauterima sebelumnya dari para mahkluk saat
Engkau menghabiskan Diri-Mu sendiri untuk cinta pada kami di salib.
Kata-kata ke-tujuh:
«Bapa, ke dalam Tangan-Mu, Kuserahkan nyawa-Ku! »
Yesus-ku yang tersalib, Yesus yang sekarat, Engkau
hendak menghembuskan nafas-Mu yang terakhir dari kehidupan fana-Mu. Kemanusiaan
Maha Kudus-Mu telah kaku, dan Hati-Mu tampaknya sudah tidak lagi berdetak; jika
aku mendengar satu detak jantung, itu begitu lemahnya aku tak yakin Engkau
telah wafat dan aku menangis dan berteriak-teriak. Sungguhkah Hidup-ku telah
benar-benar mati? Bersama Maria Magdalena, aku memeluk kaki-kaki-Mu; dan jika
mungkin, aku ingin memberikan hidup-Ku untuk mencontoh Hidup-Mu. Sementara itu,
O Yesus, aku melihat Engkau kembali membuka mata sekarat-Mu, dan melihat
sekeliling salib seolah Engkau ingin mengucapkan kata-kata perpisahan terakhir
pada setiap orang. Engkau melihat pada ibu-Mu yang sekarang yang tak mampu
bergerak dan berkata-kata karena kesakitan yang ia rasakan, dan berkata:
“Selamat tinggal, ibu. Aku pergi, namun aku akan
menjaga-Mu di dalam Hati-Ku. Jagalah anak-anak-Ku dan anak-anak-mu.”
Engkau melihat Maria Magdalena yang sedang menangis
dan Yohanes yang setia, dan berkata kepada mereka dengan tatapan-Mu: “Selamat
tinggal”. Engkau memandang musuh-musuh dengan cinta, berkata kepada mereka
dengan tatapan-Mu: “Aku mengampuni kalian; Aku memberikan pada-Mu cium
perdamaian.” Tak ada yang terlewat dari pandangan-Mu. Engkau mengampuni setiap
orang dan mengucapkan salam perpisahan pada mereka semua. Kemudian,
mengumpulkan semua kekuatan-Mu, dengan suatu suara kuat dan bergema Engkau
berteriak:
“Bapa, ke dalam Tangan-Mu, Kuserahkan nyawa-Ku!”
Dan Kepala-Mu tertunduk, Engkau wafat…
Yesus-ku, pada teriakan ini semua alam bersedih dan
menangisi kematian-Mu – kematian sang Pencipta-nya. Bumi mengalami gempa keras
dan getarannya tampak bagai menangis, ingin menggoncangkan jiwa-jiwa untuk
membuat mereka sadar bahwa Engkau adalah Allah yang sejati. Tirai Bait Allah
terbelah; yang mati bangkit; dan matahari yang sampai kini menangisi
kesakitan-Mu, ketakutan dan menarik cahayanya. Pada teriakan ini, semua
musuh-Mu jatuh berlutut, memukul dada mereka dan menyatakan: “Sungguh, Ia ini
adalah Anak Allah.” Ibu-Mu yang terpaku dan sekarat menderita kesakitan lebih
keras daripada kematian. Yesus-ku telah wafat, dengan teriakan ini Engkau
menaruh kami juga semua ke dalam tangan Bapa sehingga IA tidak akan menolak
kami. Jadi, Engkau tidak hanya menangis dengan suara-Mu, tetapi dengan seluruh
kesakitan-Mu dan juga dengan suara-suara Darah-Mu:
“Bapa, ke dalam Tangan-Mu, Kuserahkan nyawa-Ku!”
Yesus-ku, aku juga menyerahkan diriku ke dalam-Mu.
Berikanlah aku rahmat untuk mati seluruhnya, di dalam Cinta-Mu dan di dalam
Kehendak-Mu. Aku berdoa kepada-Mu, janganlah ijinkan aku, tidak di dalam
kehidupan ataupun di dalam kematian, untuk keluar dari Kehendak Maha Kudus-Mu.
Sementara itu, aku berniat untuk membuat pemulihan bagi semua yang tidak
menyerahkan diri mereka secara utuh kepada Kehendak Maha Kudus-Mu, sehingga
kehilangan atau mengurangi buah berharga dari penebusan-Mu. Betapa sedih
Hati-Mu merasakannya, O Yesus-ku, melihat begitu banyak mahkluk lari dari
pelukan-Mu dan menjadi keras hati! O Yesus-ku, di saat-saat terakhir ini,
panggillah semua jiwa di sekeliling-Mu, rangkullah mereka pada Hati-Mu,
sementara aku keluar dari Hati-Mu dan mencium luka-luka-Mu dengan cium-ciumku
yang terakhir, memohon pengampunan-Mu sekali lagi, dan berjanji untuk selalu
mencintai-Mu di bumi ini dan tak akan pernah melakukan pelanggaran terhadap-Mu
lagi.
Yesus-ku, aku mencium kepala-Mu yang dimahkotai duri.
Aku mohon pengampunan-Mu untuk begitu banyak pikiran akan kesombongan, ambisi
dan harga diri. Aku berjanji pada-Mu kapan pun sebuah pikiran datang padaku
yang tidak berasal daripada-Mu, Yesus-ku – dan aku mendapatkan diri-Ku akan
melakukan pelanggaran terhadap-Mu – aku akan segera berteriak: “Yesus dan
Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”
O Yesus, aku mencium mata-Mu yang indah yang masih
bermandikan air-mata dan berlumuran darah. Aku mohon pada-Mu untuk mengampuni
aku di segala waktu aku melakukan pelanggaran terhadap Engkau dengan pandangan-pandangan
jahat dan tak sopan. Aku berjanji kapanpun mataku terbawa akan hal-hal bumi
ini, aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”
O Yesus-ku, aku mencium telinga Maha Kudus-Mu,
dipekakkan hingga akhir oleh hinaan dan hujatan-hujatan yang mengerikan. Aku
mohon pengampunan untuk segala waktu dimana aku telah mendengarkan atau telah
membuat orang lain mendengarkan perbincangan yang membuat kami menjauh dari-Mu,
dan pada begitu banyak percakapan jahat yang diperbincangkan para mahkluk. Aku
berjanji bahwa setiap kali aku mendengarkan pembicaraan-pembicaraan tak
berguna, aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku
kepada-Mu!”
O Yesus-ku, aku mencium wajah Maha Kudus-Mu, pucat,
memar dan tertutup dengan darah. Aku mohon Engkau mengampuni ejekan-ejekan yang
tak terbilang banyaknya, penghinaan dan olok-olok yang telah Engkau terima dari
kami, para mahkluk yang jahat, dengan dosa-dosa kami. Aku berjanji, setiap saat
aku tergoda untuk tidak memberikan seluruh kemuliaan, cinta dan penyembahan
pada-Mu, aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku
kepada-Mu!”
O Yesus-ku, aku mencium mulut Maha Kudus-Mu, kering
dan kepahitan. Engkau telah menghembuskan nafas terakhir-Mu dan ketika aku
mendekati Engkau, aku melihat mulut-Mu seluruhnya kering dan kepahitan. Aku
mohon pengampunan untuk segala waktu aku telah melakukan pelanggaran
terhadap-Mu dengan pembicaraan-pembicaraan yang jahat, menambah kepahitan-Mu
dan membuat Engkau semakin kehausan. Aku berjanji bahwa kapanpun pikiran datang
padaku untuk mengatakan hal-hal yang akan melakukan pelanggaran terhadap
Engkau, aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku
kepada-Mu!”
O Yesus-ku, aku mencium leher Maha Kudus-Mu. Aku masih
melihat tanda bekas rantai-rantai dan tali yang menekan-Mu. Aku mohon
pengampunan-Mu untuk begitu banyak ikatan dan ketergantungan para mahkluk, yang
menambah tali-tali dan rantai-rantai pada leher Maha Kudus-Mu. Aku berjanji
kapan pun aku merasa terganggu oleh keterikatan, hasrat atau kasih yang tidak
berasal dari-Mu, aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku
kepada-Mu!”
Yesus-ku, aku mencium punggung Maha Kudus-Mu. Ketika
Engkau terpaku pada salib, aku dapat dengan mudah melihat betapa
tercabik-cabiknya Tubuh Maha Kudus-Mu! Betapa dalamnya luka-luka-Mu dan betapa
itu menyakitkan Engkau, diperparah dengan kedinginan! Aku mohon pengampunan-Mu
akan begitu banyak kepuasan gelap dan bagi begitu banyak dosa yang dilakukan
oleh lima panca indera tubuh kami. Aku berjanji kapanpun pikiran datang padaku
untuk mengambil kenikmatan atau kepuasan yang tidak diperuntukkan bagi
kemuliaan-Mu, aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku
kepada-Mu!”
Yesus-ku, aku mencium dada Maha Kudus-Mu. Aku mohon
ampun pada-Mu untuk begitu banyak kepuasan gelap dan bagi begitu banyak dosa
yang dilakukan oleh lima panca indera tubuh kami . Aku berjanji kapanpun
pikiran datang padaku untuk mengambil kenikmatan atau kepuasan yang tidak
diperuntukkan bagi kemuliaan-Mu, aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria,
kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”
Yesus-ku, aku mencium dada Maha Kudus-Mu. Aku mohon
Engkau mengampuni akan begitu banyaknya hati yang dingin, yang mengabaikan,
suam-suam kuku dan begitu tak berterimakasih yang mengerikan yang Kauterima
dari para mahkluk. Aku berjanji kapanpun aku merasa menjadi dingin terhadap
Cinta-Mu aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku
kepada-Mu!”
Yesus-ku, aku mencium tangan Maha Kudus-Mu. Keduanya
berisi karya kami dan dengan karya kudus-Mu, Engkau menebus kami dengan
kesedihan-kesedihan yang paling pahit dan menyengsarakan. Aku mohon
pengampunan-Mu bagi pekerjaan jahat dan pengabaian, dan bagi begitu banyak
tindakan yang dihancurkan oleh cinta diri atau harga diri. Aku berjanji
kapanpun pikiran datang padaku yang tidak berkarya hanya untuk Cinta-Mu aku
akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”
O Yesus-ku, aku mencium kaki-kaki Maha Kudus-Mu. Aku
mohon pengampunan-Mu untuk begitu banyak langkah dan begitu banyak cara yang
dilakukan tanpa niat yang benar, dan bagi begitu banyak yang berpaling dari-Mu,
untuk mencari kenikmatan-kenikmatan bumi. Aku berjanji kapanpun pikiran datang
kepadaku untuk berpaling daripada-Mu aku akan segera berteriak, “Yesus dan
Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”
O Yesus, aku mencium Hati Maha Kudus-Mu, dan saat aku
melakukan itu, aku menyertakan diriku sendiri ke dalam-Nya. Inilah saat-saat
terakhir dari kehidupan-Mu yang fana, dan Engkau ingin mengumpulkan semua jiwa
di dalam tangan-Mu dan membawa serta-Mu. Tetapi, Yesus, saat kusertakan hatiku
pada Hati-Mu, aku melakukannya pertama-tama dan bersama dengan Cinta-Mu,
penderitaan dan kehendak-Mu, aku berniat untuk menyertakannya di dalam Hati-Mu
semua jiwa yang telah Engkau tebus sehingga setiap orang akan diselamatkan, tak
ada yang terkecuali.
O Yesus, tak ada yang ditolak pada saat-saat sekarat
seseorang. Engkau hendak menghembuskan nafas terakhir-Mu, aku mohon pada-Mu
rahmat untuk mengijinkan aku untuk mati bersama-Mu, atau paling tidak
anugerahilah Hati-Mu sebagai ruangku, Darah-Mu sebagai minumanku, seluruhnya
Engkau sebagai makananku – jika tidak bagaimanakah aku dapat hidup tanpa-Mu? O
Yesus, sertakanlah aku di dalam Hati-Mu dan tutuplah pintu-pintu bagiku
sehingga aku tidak melihat apapun juga selain Engkau. Aku berjanji kapanpun aku
tergoda untuk meninggalkan Hati Kudus-Mu aku akan segera berteriak, “Yesus dan
Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”
RENUNGAN DAN PRAKTEK
Yesus dihabiskan oleh kehausan. Lidahnya kering,
dahaga yang begitu dashyat telah berubah menjadi lidah api. Dan dapatkah aku
berkata bahwa aku telah dihabiskan oleh cinta bagi Yesus? Apakah aku memiliki
dahaga yang membakar untuk Yesus? Apakah pikiran-pikiran dan kasih-ku selalu
berusaha untuk menyegarkan Dia di dalam dahaga-Nya yang dashyat? Atau apakah
aku haus untuk hal-hal materi?
Sering kali kemauan meminta jiwa-jiwa, tetapi pada
suatu titik hasrat mereka berpaling pada yang lainnya, bukan pada hal-hal baik
– tetapi pada hal-hal yang menarik bagi kepentingan diri sendiri. Karena hal
ini tidak sejalan dengan kehendak maka kehendak tertinggal sendirian. Dan, tak
sanggup berjalan seiring dengan hasrat dan kasih, hal itu menenun sebuah jaring
pengaruh di sekitar Yesus yang dengan demikian memaksa Dia untuk membuat
perjanjian dan membiarkan hasrat dari kehendak. Dan ketika jaring ini tidak
utuh, tidak mungkinlah bagi jiwa-jiwa untuk menghadapi Keadilan Ilahi. Agar
mampu untuk menyempurnakan jaring pengaruh-pengaruh ini secara utuh, di atas
segalanya aku akan menaruh diriku di dalam Yesus Kristus, dan kemudian aku akan
menggandakan diriku di setiap tetes Darah-Nya, di setiap kesakitan dan doa-Nya
sehingga keadilan akan mendapatkan topangan yang utuh. Kemudian aku akan
menuangkan diriku ke dalam semua mahkluk, menyentuhkan tetesan-tetesan darah
mereka dengan tetesan-tetesan Darah Yesus, luka-luka di dalam jiwa-jiwa mereka
bersama luka-luka Yesus, untuk menyembuhkan mereka. Aku akan menyentuhkan
kesedihan-kesedihan mereka dengan kesedihan Yesus sehingga mereka akan mendapat
penghiburan. Aku akan menggandakan diriku sendiri pada masing-masing dan setiap
pelanggaran, mempersembahkan sebuah tindakan pemulihan bagi mereka satu per
satu.
Dengan suara-suara Yesus aku akan menangis di dalam
setiap hati, sehingga aku membawa mereka semua kepada-Nya dan menenun diriku ke
dalam Yesus dan ke dalam semua para mahkluk, ikatanku akan utuh. Aku akan
menaruhnya di sekitar Yesus, sehingga Keadilan Ilahi-Nya akan dipenuhi dan
dipuaskan secara utuh. Dan, dengan berani, aku akan menahan keadilan-Nya, dan
aku akan minta keadilan-Nya bagi jiwa-jiwa dan Dia tidak akan sanggup untuk
menolak mereka bagiku, sebab semua keadilan dipenuhi di dalam Yesus. Tuhan
menginginkan semua jiwa diselamatkan, tetapi juga ingin meminta Keadilan untuk
dijalankan. Ketika Keadilan dipenuhi di dalam jiwa-jiwa, ia tidak akan lagi
menuntut dan akan menyelamatkan jiwa-jiwa. Sehingga api menyala saat ada
perjanjian terpenuhi di dalam kita; ketabahan kita di dalam kebaikan merawat api
itu dan menjadikan kita berani bersama Hati Ilahi, memohon apa yang
diinginkan-Nya sendiri.
O, kedahagaan akan jiwa-jiwa! Dapatkah aku mengatakan
bahwa engkau adalah takdir hasratku? Jika bukan, berarti aku tidak seutuhnya
bersatu denganmu. Yesus-ku yang sengsara, tuangkanlah kedahagaan-Mu padaku,
sehingga aku akan menjadi lidah api seperti Engkau. Yesus haus dan tak mampu
menahan kehausan yang menghabiskan Dia, Ia berkata, semuanya telah selesai.
Kemudian Yesus secara utuh habis bagi kita. Apakah aku melakukan setiap
tindakan di dalam segala yang kulakukan untuk terus menerus dihabiskan karena
Cinta pada Yesus? Atau aku membiarkan sesuatu merembes keluar dariku yang dapat
membuat frustrasi hubunganku dan Yesus? Setiap pikiran, perkataan dan perbuatan
bagi Yesus menghabiskan Dia. Apakah setiap pikiran, perkataan dan perbuatanku
memecut aku untuk menghabiskan diriku sendiri bagi cinta kepada Yesus? Di dalam
Yesus, segalanya tak terbatas: pandangan-pandangan, kata-kata, penderitaan. Dan
sebagaimana di dalam Yesus, juga di dalam kita segala sesuatu harus tak
terbatas di dalam cinta kepada-Nya.
Setiap tindakan tambahan yang dilakukan Yesus adalah
tindakan menghabiskan Diri yang dipersembahkan kepada Bapa-Nya dan kemudian
diberikan-Nya kepada kita. Dapatkah kita mengatakan bahwa setiap perbuatan kita
adalah perbuatan yang menghabiskan diri bagi Yesus? Kita ingin mengirimkan
penderitaan kita terbang pada Salib Yesus, untuk menemani
penderitaan-penderitaan-Nya, sehingga Ia akan berbagi api-Nya dengan kita. Dan ketika
penderitaan-penderitaan kita menemani Yesus dan disalibkan dengan-Nya, kita
akan berkata pada-Nya: “Yesus, aku ingin mengulangi perbuatan-perbuatan-Mu, aku
ingin penderitaan-penderitaan-ku bertambah nilainya melalui
penderitaan-penderitaan-Mu sendiri, dan aku ingin memenuhi tugas yang sama yang
Kau-lakukan di Salib bagi Bapa-Mu dan bagi semua jiwa.”
Yesus akan sangat bergembira sehingga Ia akan mengubah
kesakitan-Nya menjadi kesakitan kita, akan memberikan kita pengaruh-pengaruh
yang sama, dan bagaikan pemikat yang manis akan menarik hati kita dekat pada
Hati-Nya, dan akan mendapatkan kelegaan dari kesakitan-kesakitan-Nya di dalam
kesakitan-kesakitan kita sehingga ketika aku menderita aku segera mengirimkan
penderitaan-penderitaanku di salib pada Yesus. Dan Ia akan terpesona akan
penderitaanku, mendapatkan bantuan dari penderitaanku. Seringkali, ketika kita
harus melakukan kegiatan inti yang diperlukan, seperti bekerja, beristirahat
atau makan, seolah-olah hal yang masih diinginkan oleh Tuhan Yesus ini dari
kita, terganggu karena kegiatan inti itu. Untuk membenahi hal ini, aku ingin
berkata kepada-Nya: “Lihatlah, O Yesus, saat aku sedang melakukan kegiatan inti
manusia, aku protes karena aku ingin menentangnya untuk hanya melakukan
keinginan-Mu saja, terhabisi seperti Engkau telah terhabiskan, sehingga
membentuk antara Engkau dan aku begitu banyak hubungan yang mengikat. Semoga
nafas yang menghabiskan-Mu bertiup ke dalam keberadaan-Ku dan menghabiskan kita
berdua. Dan saat aku sibuk, aku menaruh keberadaanku pada nyala api-Mu yang
naik, dan bila mereka melihat aku mengganggu tindakan menghabiskan ini antara
Engkau dan aku, semoga nyala-nyala api ini membakar dan menghabiskanku bersama
dengan-Mu.”
Ketika kesakitan memegang kita, saat kita dimurnikan
ataupun sedih, atau khususnya, saat tampaknya kehidupan akan berlalu dari kita
– khususnya pada persimpangan inilah kita harus menyatukan penghabisan diri
kita pada Yesus Kristus. Tapi, apakah kita melakukannya? Atau kita melencengkan
hasrat Tuhan dari kita? Ketika kita menderita, kita harus berpikir bahwa Yesus
memberikan penderitaan kepada kita untuk membentuk penghabisan Diri-Nya di
dalam kita. Sebab Ia ingin memberikan kita bentuk-Nya, dan karena Ia baik, Ia
dengan baik hati menempatkan kesedihan-kesedihan di dalam hati kita. Dan ketika
jiwa kita menerimanya, kita harus berpikir bahwa Yesus yang baik menghabiskan
seluruh keberadaan-Nya untuk membuat Diri-Nya hidup lagi di dalam kita.
Sehingga Yesus menghancurkan seluruh keberadaan kita secara material, untuk
membentuk gambaran-Nya di dalam kita. Di dalam penderitaan yang memberatkan
kita, kita mengambil penghabisan diri yang Ilahi dan membuat hal itu menjadi
milik kita; kita mempersembahkan kepada-Nya hingga tidak ada lagi yang
tertinggal pada kita: tak ada lagi pada kita pikiran-pikiran, kekacauan,
kekhawatiran dan ketidak-teraturan – sebab jika jiwa menjaga kekhawatiran ini,
hal itu menghalangi penghabisan diri yang sejati, membentuk sebuah nyala api
yang terpisah. Setiap kesakitan adalah sebuah nyala api yang menghancurkan, dan
saat menghabiskan keberadaan kita, hal itu membuat kehidupan Ilahi dilahirkan
kembali di dalam kita.
O Yesus, Kehidupanku yang manis, semoga hembusan
nafas-Mu selalu berhembus di dalam hatiku yang malang sehingga aku menerima
teladan penghabisan Diri-Mu.
Di salib, Yesus menyelesaikan Kehendak Bapa di dalam
segalanya dan dengan sebuah tindakan sempurna di dalam berserah kepada Kehendak
Maha Kudus-Nya, Ia menghembuskan nafas terakhir-Nya. Apakah aku menyelesaikan
Kehendak Tuhan di dalam segalanya? Apakah aku berserah seutuhnya kepada
Kehendak-Nya, menyerahkannya ke dalam Tangan-Nya seolah aku ingin membuat
kehendak Yesus dan kehendak Bapa menjadi kehendakku sendiri? Apakah aku
membiarkan diriku menjadi tak peduli jika sesuatu yang baik ataupun yang buruk
terjadi padaku? Apakah aku tetap yakin setia bahwa aku menyerahkan diriku di
dalam tangan-Nya yang kudus? Apakah aku terus menerus mati bagi diriku sendiri
demi cinta kepada Yesus? Dapatkah aku berkata bahwa saat aku hidup, aku tidak lagi
hidup, tetapi aku mati terhadap segalanya demi hidup seutuhnya bagi kepentingan
Yesus dan bukan bagi kepentinganku? Dengan kata lain, melakukan hal-hal yang
kupikirkan, hasrat, cinta dan mengingatkanku akan hidup demi Yesus sehingga di
dalam Dia aku dapat menaruh sampai mati kata-kataku, langkah-langkahku,
hasrat-hasratku dan pikiran-pikiranku?
O Yesus-ku, semoga kematianku akan menjadi sebuah
kematian yang terus-menerus bagi Cinta-Mu, dan semoga setiap kematian yang
kualami menjadi sebuah kehidupan yang ingin kuberikan pada setiap jiwa.
DOA SYUKUR DI SETIAP JAM
Yesus-ku yang terkasih, Engkau telah
memanggil aku pada Jam Sengsara-MU ini untuk menemani-MU – dan aku telah
datang. Tampaknya aku telah mendengarkan, derita dan kesedihan, doa, penebusan dan
sengsara-MU. Dengan suara-suara-MU yang paling mengasihi dan fasih, Engkau
memohon keselamatan bagi jiwa-jiwa. Aku mencoba untuk mengikuti Engkau di dalam
segala hal. Kini, aku berhutang pada-MU perasaan hatiku “Terimakasih” dan “Aku
memberkati-Mu.”
Ya, O Yesus, aku mengulangi
“Terimakasih” ribuan dan ribuan kali. Aku memberkati-Mu untuk semua yang telah
Engkau lakukan dan telah Engkau derita bagiku dan bagi semua orang. Aku
berterimakasih dan aku memberkati-Mu untuk setiap tetes Darah yang Kautumpahkan.
Aku berterimakasih untuk setiap helaan nafas, untuk setiap detak jantung, dan
setiap langkah-MU. Aku berterimakasih untuk setiap kata, pandangan, penderitaan
dan amukan yang telah Engkau alami. Dalam semuanya, O Yesus-ku, aku berharap
untuk memberikan-MU “Terimakasih” dan “aku memberkati-Mu” milik-ku. O Yesusku,
biarlah jiwaku mengirimkan aliran syukur dan berkat bagi-MU yang terus menerus
– untuk menarik bagi kami semua aliran limpah berkat dan rahmat-MU. Aku mohon,
O Yesus, tekanlah aku di Hati-MU, dan dengan tangan-tangan-MU yang kudus
materaikan setiap partikel keberadaanku dengan “Aku memberkatimu” daripada-Mu,
sehingga tidak ada yang lain selain himne terus menerus bagi-MU yang berasal
dariku.”
Dengan demikian aku meninggalkan
keberadaanku di dalam Engkau, untuk mengikuti engkau di dalam setiap apa yang
Kau-lakukan; lebih baik lagi, Engkau akan begitu hidup di dalam aku sehingga
aku akan meninggalkan pikiran-pikiranku di dalam Engkau untuk membela Engkau
dari musuh-musuh-MU, nafas-nafasku sebagai teman setia, detak jantungku untuk
mengingatkan “Aku cinta pada-MU” milikku, dan untuk memberikan pada-MU cinta
dimana orang lain menolak untuk mencintai-MU; aku akan memberikan kepada-MU
tetesan-tetesan darahku untuk menebus dan mengembalikan hormat dan salam yang
disangkal oleh musuh-musuh-MU dengan penghinaan-penghinaan dan
pelanggaran-pelanggaran. Aku akan meninggalkan seluruh keberadaanku sebagai
seorang penjaga.
Cinta-ku tersayang, saat aku harus
melakukan kewajiban-kewajibanku, aku tetap akan tinggal di dalam Hati-MU. Aku
takut meninggalkannya. Tidakkah hal itu benar bahwa Engkau akan menjagaku di
sini? Detak-detak jantung kita akan terus bersentuhan sehingga Engkau akan
memberikan aku kehidupan, cinta dan persatuan yang dekat dan tak terpisahkan bersama-MU.
Yesus, jika Engkau melihat bahwa
dari waktu ke waktu aku akan terpisah daripada-MU, biarlah detak jantung-MU
mempercepat detak jantungku. Biarlah tangan-tangan-MU menekanku lebih dekat
pada Hati-MU; biarlah mata-MU melihat aku dan menyayat aku dengan cahaya api
sehingga aku dapat merasakan kehadiran-MU dan segera kembali ke dalam persatuan
dengan-MU.
O Yesus-ku, berjagalah sehingga Aku
tidak akan melelahkan-MU. Aku mohon pada-MU, jagalah aku. O berikanlah aku
sebuah cium, peluklah aku, dan berkatilah aku! Berikanlah tangan-tangan-MU yang
maha kudus sehingga aku dapat melakukan segala sesuatu yang harus kulakukan
untuk bersatu dengan-MU! Yesus-ku, berikanlah aku cium Kasih Ilahi, peluklah
aku dan berkatilah aku; aku akan mencium Hati-MU yang memabukkan dan
beristirahat di dalam Engkau.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.