Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil.

Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil.
Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil. Mazmur 119:164

Ziarah 9 gereja Jakarta - Mengenang Sengsara Yesus


Sebelum berlibur, mari bulan Juni ini kita ikuti Ziarah untuk mengenang Sengsara Tuhan Yesus. Sambil mengunjungi 9 gereja di Jakarta kita merenungkan betapa besar Sengsara Tuhan Yesus demi Kasih kepada manusia.

"Dia yang ingin maju dari kebajikan ke kebajikan, dari rahmat ke rahmat, harus terus menerus merenungkan Sengsara Yesus... Tidak ada praktek yang lebih menguntungkan akan pengudusan jiwa secara utuh daripada meditasi teratur akan sengsara-sengsara Yesus Kristus."
~ St. Bonaventura

Ziarah 9 gereja Jakarta untuk merenungkan Sengsara Yesus:
Kamis, 7 Juni 2018
Berkumpul di gereja Katedral, Jakarta. Mulai dengan Misa pagi pukul 06.00 di gereja.

Biaya: Rp150.000/orang

Pendaftaran hanya via WA:
0877.8522.6617

Hari ini, Sabtu, 2 Juni 2018 – SABTU PERTAMA

Hari ini, Sabtu, 2 Juni 2018 – SABTU PERTAMA
Mari melakukan Devosi Sabtu Pertama ini dengan 9x berturut-turut Sabtu Pertama menghadiri Misa Kudus.

Tahun 1925 - Lucia mengalami penampakan di mana Bunda Maria berkata, “Kasihanilah hati Bunda Sucimu yang dikelilingi oleh duri yang dicucukkan oleh orang-orang yang tak tahu berterima kasih setiap saat, tanpa ada yang mengadakan pemulihan (untuk hatiku ini). Bunda Maria mengeluarkan hatinya dan berkata, “Lihatlah anakku, hatiku yg dikelilingi duri setiap saat akibat hujatan dan rasa tak tahu terimakasih.Setidaknya, kau , hiburlah aku.”

“Katakanlah pada semua orang bahwa siapa saja yang PADA SABTU PERTAMA SELAMA 5 BULAN, MENGAKU DOSA, MENERIMA KOMUNI, MENDARASKAN ROSARIO, DAN MENEMANIKU SELAMA 15 MENIT DALAM SEBUAH MEDITASI, dengan niat sebagai pemulihan bagi hatiku yang tak bernoda, aku berjanji akan mendampingi mereka pada saat ajal dengan segala rahmat yang diperlukan untuk keselamatan jiwa.”

15 Februari 1926 - Kanak-kanak Yesus menampakkan diri pada Sr.Lucia di taman biara.
“Benar, anakKu, bahwa banyak jiwa yg memulainya, namun sedikit yg bertahan sampai akhir, dan mereka yg bertahan sampai akhir melakukannya demi rahmat yang dijanjikan.Mereka yang sungguh-sungguh melakukan devosi ini selama 5 kali Sabtu pertama dengan sungguh-sungguh dan mengadakan pemulihan bagi hati Bunda Surgawimu, menyenangkanKu dibandingkan mereka yang melakukannya selama 15 kali, namun suam-suam kuku dan acuh tak acuh”

“Yesusku!” kata Sr.Lucia. “banyak orang yg sulit mengaku dosa pada hari Sabtu.Apa kah kau mengizinkan pengakuan dosa dalam rentang waktu delapan hari?”

“Ya.Pengakuan dosa bahkan dapat menyusul sesudahnya, dengan ketentuan bahwa jiwa berada dalam keadaan rahmat ketika menerimaKu pada Sabtu Pertama, dan bahwa mereka memiliki niat untuk mengadakan pemulihan bagi hati suci Maria.”

“Yesusku!bagaimana bagi mereka yang lupa akan niat ini?” tanya Sr.Lucia
“Mereka dapat meniatkannya pada pengakuan berikutnya, begitu ada kesempatan.”

13 Juni 1929 - Sr.Lucia melihat hati Bunda Maria yang ditembusi pedang.
“Ada begitu banyak jiwa yang dikutuk Tuhan akibat dosa-dosa melawanku, sehingga aku meminta pemulihan. Kurbankan dirimu dan berdoalah demi ujud ini.”

Tahun 1930 - Yesus menampakkan diri pada Sr.Lucia, dan menyatakan latar belakang LIMA Sabtu Pertama, yaitu menunjuk pada lima bentuk hujatan terhadap Maria, yaitu:
1. Menyangkal bahwa Maria dikandung Tanpa Noda
2.Menyangkal bahwa Maria Tetap Perawan
3.Menyangkal bahwa  Maria adalah Bunda Allah (dan Bunda semua manusia)
4.Apabila kita berperan menanamkan dalam hati anak-anak, rasa acuh tak acuh, penghinaan, kebencian terhadap Hati Maria Tak Bernoda

5.Pencemaran gambar-gambar kudusnya.

Bacaan Alternatif & Devosi: 16.00 - 17.00


16.00 – 17.00
PEMAKAMAN YESUS - MARIA TERKUDUS DAN PALING KESEPIAN (+ 44 Menit)

--------
Alternatif Bacaan Harian, sambil berdoa dan berdevosi yang sangat menyenangkan Hati Yesus.
… " Jam-jam ini adalah yang paling berharga dari semuanya, karena itu semua tidak lebih dari pengulangan dari apa yang Aku lakukan dalam perjalanan hidup fana-Ku, dan apa yang terus Ku-lakukan dalam Sakramen Mahakudus. Ketika Aku mendengar Jam-jam Sengsara-Ku ini, Aku mendengar suara-Ku sendiri, doa-doa-Ku sendiri. Dalam jiwa itu Aku melihat Kehendak-Ku - yaitu menginginkan kebaikan bagi semua dan untuk memperbaiki semua - dan Aku merasa tertarik untuk tinggal di dalam dirinya, untuk dapat melakukan apa yang dia sendiri lakukan di dalam dirinya. Oh, betapa Aku akan mencintai bahkan satu jiwa pun untuk setiap kota melakukan Jam Jam Kesukaanku ini! Aku akan mendengar Diri-Ku di setiap kota, dan Keadilan-Ku, murka selama waktu ini, akan ditenangkan sebagian. "
- Lompati membaca bagian ini jika anda telah pernah membacanya, langsunglah masuk ke Doa Persiapan Awal.
--------

DOA PERSIAPAN AWAL

O Tuhan Yesus Kristus-ku, tersungkur di hadirat Ilahi-MU, aku memohon pada Hati-MU yang sungguh mengasihi untuk mengijinkan aku untuk masuk ke dalam renungan sedih akan 24 jam Sengsara-MU, dimana, demi cinta kepada kami Engkau mau menderita sedemikian besarnya yang dialami oleh Tubuh-MU yang layak di sembah itu dan dialami oleh Jiwa-MU yang Maha Kudus, bahkan sampai kematian di salib. O berikanlah aku pertolongan, rahmat, cinta, hasrat yang sungguh-sungguh dan pengertian akan sengsara-sengsara-MU saat aku melakukan renungan Jam ini.

Untuk jam-jam dimana aku tidak dapat merenungkannya, aku mempersembahkan pada-MU niat yang kumiliki untuk merenungkan peristiwa-peristiwa tersebut; dan aku mohon untuk merenungkan peristiwa-peristiwa tersebut dengan niatku selama jam-jam dimana aku harus mendedikasikan diriku untuk tugas-tugasku atau untuk tidur.

Terimalah, O Tuhan yang penuh belas kasih, niat cintaku ini, dan biarlah bermanfaat bagiku dan bagi semua, sebagaimana aku dengan cara yang efektif dan cara yang kudus mencapai apa yang ingin kulakukan.

Aku bersyukur kepada-MU, O Yesus-ku. Aku berterimakasih pada-MU karena Engkau telah memanggil aku untuk bersatu dengan Engkau di dalam doa. Untuk menyenangkan-MU, aku mengambil Pikiran-pikiran-MU, Lidah-MU dan Hati-MU. Aku ingin berdoa dengan semuanya itu. Aku ingin menggabungkan diriku di dalam kehendak-MU dan di dalam Cinta-MU. Aku merentangkan tangan-tanganku untuk memeluk Engkau, aku meletakkan kepalaku di Hati-MU – dan aku memulai…


PEMAKAMAN YESUS – MARIA TERKUDUS DAN PALING KESEPIAN

Yesus-ku, Engkau diturunkan dari Salib, dan ibu-Mu yang berdukacita adalah yang pertama yang menerima-Mu di pangkuannya. Kepala-Mu yang terkoyak dengan lembut disandarkan pada lengan-lengannya. O ibu yang manis, janganlah menolak aku menemanimu. Bersatu denganmu, biarlah aku melakukan tugas terakhirku bagi Yesus-ku terkasih. Ibu-ku yang termanis, sungguhlah benar bahwa engkau melampaui aku dalam kasih dan kelembutan di saat menyentuh Yesus-ku, namun aku akan mencoba mencontoh engkau sebaik mungkin – untuk menyenangkan Yesus sang Pujaan dalam segala hal yang aku lakukan. Itulah mengapa aku ingin menggabungkan tanganku dengan tangan-tangan terkudusmu untuk menyingkirkan semua duri yang memahkotai Kepala Kudus-Nya – dan mempersatukan sembah sujudmu yang sungguh-sungguh dengan sembah sujudku. Ibu surgawi, tangan-tanganmu bersiap untuk membersihkan darah-darah yang membeku dari Mata Yesus – yang membuat mata itu berwarna gelap dan tak hidup, mata yang biasanya memberikan kehidupan pada seluruh dunia.

O ibu, aku menyatukan diriku denganmu. Marilah kita mencium-Nya bersama-sama! Lihatlah telinga-telinga Yesus-ku, berlumuran Darah, memar akibat pukulan dan sayatan duri-duri. O ibu, marilah kita menyembah telinga-telinga itu yang tidak lagi mendengar. Marilah kita menyembah telinga-telinga yang telah begitu menderita demikian besar itu, mengundang jiwa-jiwa yang tuli dan keras kepala yang tak terhitung banyaknya dengan panggilan rahmat. O ibu yang manis, aku melihat matamu yang penuh airmata dan berduka saat engkau memandang Wajah Yesus yang berduka.

Aku menyatukan dukaku dengan dukamu. Marilah kita menyingkirkan lumpur dan ludahan yang hampir membuat-Nya tak dapat dikenali. Marilah menyembah Wajah yang memikat Surga dan bumi itu dengan Keagungan Ilahi-Nya – yang sekarang tak lagi memberikan tanda kehidupan. O ibu yang manis, marilah kita mencium mulut-Nya. Marilah kita mencium mulut Ilahi-Nya yang biasa digunakan dengan lembut dengan kata-kata-Nya yang menarik begitu banyak jiwa kepada Hati-Nya.

O ibu, aku ingin mengambil mulutmu, untuk mencium bibir-Nya yang memar dan berlumuran darah – dan untuk menyembah-Nya sungguh-sungguh. O ibuku yang manis, Tubuh Yesus telah menjadi satu luka yang besar. Aku ingin menciumnya bersamamu berulang-ulang kali. Aku ingin menyatukan tanganku dengan tanganmu untuk meletakkan kembali potongan daging Tubuh-Nya yang tergantung-gantung, seraya kita menyembah-Nya dengan sungguh-sungguh.

O ibu, marilah kita mencium tangan-tangan yang kreatif itu yang telah mengerjakan banyak keajaiban bagi kita – tangan-tangan itu tersayat dan terpelintir, sekarang dingin dan kaku dalam kematian. O ibu yang manis, marilah kita menyertakan semua takdir jiwa-jiwa di dalam luka-luka-Nya yang kudus ini. Ketika Ia bangkit dari kematian, Yesus akan menemukan semua jiwa yang Kau-letakkan di sini – dan tak ada yang akan terhilang. O ibu, marilah kita menyembah luka-luka ini bersama semua jiwa – dan di dalam nama semua jiwa. O ibu surgawi, engkau menarik dekat pada kaki-kaki Yesus yang malang untuk kita menciumnya. Betapa banyak duri melukainya! Paku-paku yang menembusinya telah merobek daging dan kulit-Nya – dan beban dari Badan Maha Kudus-Nya telah mengoyaknya dengan kejam. Marilah kita mencium luka-luka ini dan menyembah-Nya dengan sungguh-sungguh.

Marilah kita menyertakan seluruh langkah para pendosa di dalam luka-luka kaki-Nya. Ketika mereka berjalan, semoga mereka merasakan langkah-langkah Yesus dekat di belakang mereka – dan mereka tidak lagi lancang untuk melakukan pelanggaran terhadap-Nya! O ibu, aku melihat engkau membeku, memandang Yesus yang manis dengan Hati yang terbuka. Aku mohon padamu untuk memakamkan dan menyertakan aku di dalam Hati-Nya. Apakah yang harus kita lakukan di dalam Hati ini? Engkau akan mengajari kami, o ibu yang berduka, engkau akan memakamkan aku di dalam-Nya, engkau akan menutup-Nya dengan batu dan memateraikan aku di dalamnya dan di sini, dimana aku menempatkan hatiku dan hidupku, aku akan bersembunyi selamanya.

O ibu, berikanlah aku cintamu sehingga aku dapat mencintai Yesus! Berikanlah aku dukacitamu untuk memohon bagi semua orang – dan untuk menebus setiap dosa melawan Hati-Nya! O ibu, saat engkau memakamkan Yesus dengan tangan-tanganmu sendiri, ingatlah bahwa aku juga, ingin dimakamkan dengan-Nya – sehingga, setelah dimakamkan bersama Yesus, semoga aku bangkit bersama Dia dan seluruhnya menjadi milik-Nya. Semoga terjadi demikian!

Dan sekarang sebuah kata untukmu, o bunda yang sangat mengasihi. Aku sungguh mengasihani engkau. Jika saja mungkin, dengan seluruh kekuatan hatiku yang malang ini aku ingin mengumpulkan seluruh detak jantungmu, hasrat mu, dan kehidupan seluruh mahkluk – dan aku akan membaringkannya di hadapanmu sebagai tindakan belas kasih dan cinta. Aku menderita bersama engkau di dalam dukacita yang ekstrim saat melihat Yesus wafat, dimahkotai duri dan tercabik-cabik cambukan dan paku-paku. Aku menderita bersama engkau ketika melihat mata itu tak lagi melihat padamu; telinga itu tak lagi mendengar suaramu; dan mulut itu tak lagi berbicara kepadamu.

Aku mengasihani engkau di dalam dukacitamu saat melihat tangan-tangan itu tak lagi dapat merangkulmu; dan kaki-kaki itu tak lagi dapat mengikutimu. Jika saja mungkin, aku ingin mempersembahkan padamu Hati Yesus yang dipenuhi dengan Cinta – untuk menghibur engkau dimana engkau layak mendapatkannya dan untuk meringankan kesakitan-kesakitanmu yang terpahit.

RENUNGAN DAN PRAKTEK

Yesus dimakamkan. Sebuah batu menahan-Nya dan mencegah ibu-Nya tak lagi dapat melihat Puteranya. Apakah aku seperti seseorang yang mati di dalam Hati Yesus? Dapatkan kukatakan bahwa hatiku bagaikan sebuah makam yang menjaga aku tersembunyi dari mata para mahkluk, sehingga aku tak acuh, melihat semua orang telah melupakan aku? Sekali dimakamkan, tidak ada yang lagi melihat Yesus: sebuah batu menyembunyikan Dia, dan Dia tak lagi memandang ibu-Nya; juga ibu-Nya tak lagi dapat memandang Putera-nya; dan walaupun mereka berdua kudus, mereka tidak lagi dapat memandang satu sama lain. Kini dalam hal-hal kudus, apakah aku tetap tak acuh, dengan ketidak-terikatan yang kudus yang tidak mengijinkan aku untuk tidak taat di dalam segala hal?

Dan walaupun aku merasakan kasih-kasih yang berbeda, sampai kelihatannya Yesus telah sungguh-sungguh meninggalkan aku, apakah aku menakluklah segalanya dengan ketidak-terikatan yang kudus yang terus menerus menarik aku kepada-Nya? Dapatkah aku berkata bahwa kemarin seperti hari ini, sehingga walaupun aku mungkin ditolak, tetap saja, dengan kekonsistenan-ku, aku membentuk semua rantai yang manis yang menarik Dia padaku sehingga, jika aku ingin membentuk sebuah pemikiran, aku akan mengambil hidup pikiranku dari pikiran-pikiran Yesus? Apakah pandangan-pandanganku menyatu di dalam pandangan-pandangan Yesus sedemikian rupa sehingga aku hanya menerima pandangan-pandangan yang ingin diberikan Yesus saja kepadaku, dan aku hanya melihat pada apa yang dilihat Yesus? Apakah suaraku menyatu di dalam suara Yesus sedemikian rupa sehingga jika aku hendak berbicara, aku tidak akan berbicara kecuali hanya dengan lidah Yesus?

Apakah langkah-langkahku menyatu dengan langkah-Nya sedemikian rupa sehingga saat aku berjalan aku tidak meninggalkan kesan terhadap jejak-jejakku sendiri, tetapi merupakan jejak-jejak Yesus? Apakah hatiku menyatu di dalam Dia sehingga aku mampu mencintai dan berhasrat sebagaimana Hati-Nya mencintai dan berhasrat? Yesus-ku, seperti kehidupan-Mu yang mengalir di tengah-tengah hidup kami dan terus-menerus memacu kami untuk mencintai Engkau dan meneladani Engkau, demikianlah semoga hidupku juga melakukan hal tersebut bagi orang lain.

Jika Yesus tersembunyi, dapatkah aku mengatakan bahwa dukacitaku serupa dengan dukacita ibu-Nya yang terkudus, dan ketika aku menderita aku mengikatkan lebih kencang lagi kepada hatinya?

Ibu-ku, ketika Yesus menyembunyikan Diri-Nya dari-ku bagi kebaikan jiwaku, anugerahilah aku rahmat yang kaumiliki ketika engkau berpisah dari-Nya sehingga aku dapat memberikan-Nya semua kemuliaan yang engkau berikan kepada-Nya saat Ia dimakamkan di dalam kubur.

Ketika aku mengambil pikiranmu untuk berpikir, berikanlah aku pikiran dari pikiranmu, sehingga pikiran-pikiranku dapat berbagi di dalam kuasamu dan untuk melakukan kebaikan seperti pikiranmu. Yesus, ketika aku melihat dengan pandangan-pandangan-Mu, berikanlah aku kuasa dan kelembutan di dalam pandangan-pandangan Ilahi-Mu, sehingga aku dapat meresap ke dalam hati semua para mahkluk. Dengan cara ini aku akan menghormati Engkau: hal itu akan menjadi serupa dengan pandangan-pandangan-Mu, melihat ke dalam aku dan ke dalam semua jiwa, membuat tertarik semua jiwa kepada-Mu dengan cara yang sama Engkau merancang untuk menarik jiwaku.

O Yesus, aku berdoa, namun dengan suara-Mu. Dan ketika suara-Mu mengoyak surga dan bergema di dalam suara semuanya, demikian pula kiranya suara para mahkluk bergema di dalam suaraku, untuk memberikan hormat kepada suara-Mu, mengoyakkan surga untuk memberikan kemuliaan dan cinta kepada Sabda-Mu.

Yesus-ku, hatiku berdetak; tetapi aku tidak gembira kecuali Engkau membiarkan hatiku berdetak bersama Hati-Mu – sebab dengan detakan jantung-Mu aku akan mencintai seperti Engkau mencintai. Aku akan memberikan-Mu cinta seluruh mahkluk, dan sebuah tangisan akan mengumandangkan: “Cinta, Cinta!” Hal itu akan memuaskan cinta pada Bapa dan pada semua mahkluk, mengusahakan agar semua mahkluk bertobat. Sehingga, O Yesus-ku memberikan hormat pada Diri-Mu sendiri! Dalam segala yang kulakukan, tandailah dengan materai kuasa-Mu, Cinta-Mu dan kemuliaan-Mu.

Maria yang terkudus dan paling kesepian meninggalkan Kubur.
Ibu-ku yang penuh dukacita, aku melihat engkau menyiapkan bagi dirimu sendiri korban yang terakhir – dimana engkau harus memakamkan Putera-mu yang telah wafat, Yesus. Berserah kepada Kehendak Surga, engkau menemani dia. Dengan tangan-tanganmu sendiri, engkau menempatkan dia di dalam kubur. Ketika engkau membenahi anggota tubuh-Nya, engkau mencoba memberikan-Nya salam perpisahan dan memberikan-Nya sebuah ciuman yang terakhir; tetapi engkau merasa hatimu direnggut dari dadamu karena kesakitan. Cinta memaku engkau pada tubuh-tubuh-Nya. Dan dengan kuasa cinta dan dukacita, hidupmu berada di tepian bagai hendak terenggut bersama dengan Putera-Mu yang tak lagi bernyawa.

Ibu yang malang, apakah yang akan engkau lakukan tanpa Yesus? Dia adalah Hidupmu, segalanya bagimu. Tetap saja, itulah Kehendak Sang Kekal yang menginginkan demikian. Engkau harus berjuang dengan dua kuasa tak terbatas: Cinta dan Kehendak Ilahi. Cinta memakumu sedemikian rupa sehingga engkau tak dapat berpisah; Kehendak Ilahi memaksakan hal itu dan menginginkan pengorbanan…

Ibu-ku yang malang, bagaimana engkau mampu melakukannya? Betapa aku bersimpati padamu! Mohon, para malaikat surga, datanglah dan papahlah ia bangkit dari sisi Tubuh Yesus yang telah kaku, jika tidak, dia akan mati. Oh, betapa sebuah keajaiban: ketika ia tampaknya telah mati bersama Yesus, aku mendengar suaranya, gemetar dan tersedu-sedu, berkata:

 “Nak, Puteraku tersayang, inilah satu-satunya penghiburan yang ada padaku, dan ini telah mengambil setengah dari kesakitanku: Untuk mengangkat bebanku dari luka-luka Kemanusiaan-Mu yang Maha Kudus, untuk menyembahnya dan menciuminya. Sekarang, bahkan inipun akan diambil daripadaku sebab inilah yang diinginkan Kehendak Ilahi – dan aku berserah pada-Nya. Tetapi ketahuilah, Nak, bahwa aku ingin melakukannya tetapi tak dapat. Hanya memikirkan untuk melakukannya saja, kekuatan dan kehidupanku berlari dariku… O Nak, kumohon: untuk menerima kekuatan dan kehidupan aku perlu melakukan perpisahan yang pahit, ijinkanlah aku meninggalkan seluruh keberadaanku di terkubur di dalam Engkau dan mengambil untukku, hidup-Mu, kesakitan-Mu, pemulihan-pemulihan-Mu dan segalanya Engkau. Ya, hanya satu pertukaran kehidupan antara Engkau dan aku yang dapat memberikan aku kekuatan untuk meneruskan pengorbanan yang telah memisahkan aku dari-Mu.”

Ibu-ku yang menderita, aku melihat bahwa dengan kekuatan hati engkau hendak berpisah dari Tubuh-Nya. Membaringkan kepalamu pada kepala Yesus, engkau mencium-Nya dan menyertakan pikiran-pikiranmu di dalam kepala Yesus. Kau mengambil duri-duri-Nya bagi dirimu sendiri, pikiran-pikiran-Nya yang menderita dan dilanggar, dan semua yang telah Ia derita di dalam Kepala Maha Kudus-Nya.

Oh, betapa engkau ingin memberikan hidup pada kepandaian Yesus dengan milikmu, untuk memberikan hidup bagi hidup! Engkau telah merasa dirimu kembali hidup, dengan mengambil pikiran-pikiran dan duri-duri Yesus ke dalam pikiranmu. Ibu yang penuh dukacita, aku melihat engkau mencium mata Yesus yang tak lagi bernyawa. Hatimu hancur melihat Yesus yang tidak lagi melihatmu.

Berapa kali mata Ilahi itu melihatmu, mempesonakanmu dan membuat engkau bangkit dari kematian dan menjadi hidup! Sekarang, melihat mata itu tak lagi melihatmu, engkau sendiri merasa mati. Jadi, aku melihat bahwa engkau menaruh matamu di dalam mata Yesus; dan bagi dirimu sendiri engkau mengambil mata-Nya, airmata-Nya dan tatapan penuh kesedihan-Nya yang menderita begitu besarnya, melihat pelanggaran-pelanggaran para mahkluk dan semua hinaan dan penolakan-penolakan mereka terhadap-Nya. Ibu-ku yang terpana, aku melihat engkau mencium telinga-telinga Maha Kudus-Nya. Engkau memanggil-Nya berkali-kali dan berkata:

 “Putera-ku, mungkinkah Engkau tidak lagi dapat mendengarku – Engkau yang selalu menjawab setiap desahanku, bahkan yang paling kecil sekalipun! Sekarang aku menangis dan aku memanggil-Mu – tetapi Engkau tidak mendengar aku? Ya: Cinta terkasih adalah tirani yang terkejam! Engkau adalah untukku lebih daripada hidupku sendiri. Dan sekarang aku harus menahan kesakitan yang sedemikian! Jadi, Putera-ku, aku meninggalkan telinga-telingaku di dalam telinga-Mu, dan aku mengambil untuk diriku sendiri apa yang telah telinga Maha Kudus-Mu derita: gema dari semua pelanggaran yang berkumandang di dalam telinga-Mu. Ini saja dapat memberikan aku kehidupan: kesakitan-kesakitan-Mu, kesedihan-kesedihan-Mu.”

Ketika kau mengatakan ini, kesedihan dan kepedihan-kepedihan hatimu begitu besarnya sehingga engkau tak mampu berkata-kata dan tak mampu bergerak. Ibu-ku yang malang, ibu-ku yang malang, betapa aku bersimpati denganmu! Betapa banyak kematian-kematian kejam yang telah kauderita! Ibu yang penuh dukacita, Kehendak Ilahi memaksa dan membuatmu meneruskan. Jadi engkau melihat Wajah Maha Kudus-Nya, mencium-Nya, dan berteriak:

“Putera pujaan, betapa luluh lantaknya Engkau! Ya, jika cinta tidak menunjukkan bahwa Engkau adalah Putera-ku, hidupku, segalanya bagiku, aku tidak akan mengenali Engkau lagi, karena Engkau dalam keadaan yang tak dapat dikenali lagi. Keindahan alami-Mu telah berubah menjadi kehancuran yang parah. Pipi-Mu yang kemerahan telah berubah menjadi memar-memar. O Puteraku tersayang, wajah indah-Mu yang memancarkan cahaya dan rahmat – sehingga melihat-Mu dan terpesona melihat-Mu adalah hal yang sama – telah berubah pucat akan kematian.

 “Nak, betapa Engkau direndahkan! Betapa buruknya karya dosa yang telah dilakukan terhadap anggota Tubuh-Mu yang Maha Kudus! Oh, betapa ibu yang tak terpisahkan ingin mengembalikan keindahan asli-Mu pada Diri-Mu! Aku ingin meleburkan wajahku pada Wajah-Mu dan mengambil Wajah-Mu bagiku, juga pukulan-pukulan, ludahan, ejekan dan semua yang telah Engkau derita pada Wajah Maha Kudus-Mu. Ya, Nak, jika engkau menginginkan aku hidup, berikanlah aku kesakitan-kesakitan-Mu; jika tidak, aku akan mati.”

Dukamu begitu besar sehingga menyesakkanmu dan membuatmu tak dapat bicara, dan engkau terdiam bagaikan tak bernyawa di hadapan Wajah Yesus.

Ibu yang malang, betapa aku bersimpati denganmu! Para malaikatku, datanglah untuk menopang ibu-ku. Dukacitanya begitu besar. Dukacitanya membanjiri dan menyesakkannya. Dia tak lagi memiliki hidup dan kekuatan. Tetapi Kehendak Ilahi, membelah ombak-ombak ini dan menenggelamkannya, kemudian mengembalikan kehidupan padanya. Sekarang engkau datang kepada Mulut-Nya, saat engkau menciumnya, engkau merasa bibir-bibirmu dipahitkan oleh kepahitan empedu yang memahitkan mulut Yesus. Tersedu-sedu, engkau meneruskan:

 “Puteraku, katakan satu kata terakhir untuk ibu-Mu. Mungkinkah engkau tak lagi mendengarkan suaraku? Semua kata-kata-Mu yang Kauucapkan di dalam hidupku, bagai begitu banyak panah, menusuk hatiku dengan kesedihan dan cinta. Dan sekarang, melihat Engkau diam, panah-panah ini mulai bergerak di dalam hatiku yang terkoyak, memberikan aku kematian-kematian yang tak terhingga; dan tampak panah-panah itu ingin mencuri satu kata-kata terakhir dari-Mu dengan paksa. Namun ketika tak menerimanya, mereka menyiksaku, dan berkata kepadaku: “Yah, engkau tidak akan mendengar-Nya lagi. Engkau tidak akan mendengar suara manis-Nya, nada dari kata-kata-Nya yang kreatif yang menciptakan begitu banyak Firdaus di dalammu sebanyak kata-kata yang telah Ia ucapkan. Ah, Firdausku telah selesai, dan aku tidak memiliki apa-apa lagi kecuali kepahitan-kepahitan! Ya, Nak, aku ingin memberikan kepada-Mu lidahku untuk memberikan hidup pada lidah-Mu. Ya, berikanlah padaku semua yang telah Kauderita di dalam Mulut Maha Kudus-Mu: kepahitan empedu, dahaga-Mu yang membakar, pemulihan-pemulihan dan doa-doa-Mu. Kemudian, dengan mendengarkan suara-Mu di dalam segala yang Kauderita, dukacitaku akan lebih sanggup kutanggung, dan ibu-Mu akan sanggup hidup merasakan kesakitan-kesakitan-Mu.

Ibu yang tersiksa, aku melihat sekarang engkau bersegera, karena mereka yang di sekelilingmu ingin menutup kubur. Sehingga engkau segera memegang tangan Yesus di dalam tanganmu dan menciumnya. Engkau menekankannya pada hatimu; dan menaruh tanganmu di dalam tangan-Nya, engkau mengambil kesakitan-kesakitan dan luka-luka tangan-tangan Maha Kudus itu untuk dirimu sendiri. Kemudian, memegang kaki-kaki Yesus dan melihat robekan kejam paku-paku, saat engkau menempatkannya di dalam Dia dan mengambil luka-luka itu untuk dirimu sendiri, engkau mempersembahkan dirimu di tempat Yesus untuk mengejar para pendosa dan merampas mereka dari neraka. Ibu yang bersedih, sekarang aku melihat engkau mengatakan salam perpisahan kepada Hati Yesus yang terobek. Di sini engkau berhenti. Inilah serangan terakhir yang diterima oleh hati keibuanmu. Sekarang engkau merasa dadamu terkoyak oleh cinta dan dan kesedihan yang begitu besarnya. Dan hatimu berlari dan menaruh dirinya sendiri di dalam Hati Yesus yang Maha Kudus.

Melihat dirimu tanpa sebuah hati, engkau segera mengambil Hati Yesus yang Maha Kudus bagi dirimu sendiri, juga Cinta-Nya yang ditolak oleh begitu banyak mahkluk, semua hasrat-Nya yang besar yang dibuat frustrasi oleh ketidak-bersyukuran mereka, dan kesedihan-kesedihan dan keterpakuan Hati Maha Kudus yang akan menyalibkanmu seumur hidupmu. Melihat luka yang terbuka itu, engkau mencium dan menjilat darah. Dan merasakan kehidupan Yesus di dalam-Mu, engkau merasakan kekuatan bagi perpisahan yang pahit itu. Jadi, engkau memeluk-Nya dan mengijinkan batu kubur untuk menutup-Nya. Ibu-ku yang penuh dukacita, ketika aku menangis aku berdoa agar Yesus tidak diambil dari pandangan kita sekarang. Pertama-tama, biarkanlah aku merapatkan diriku di dalam Yesus untuk mengambil Hidup-Nya ke dalamku. Jika engkau, yang dikandung tanpa noda, yang kudus, penuh rahmat, tidak hidup tanpa Yesus sedikitpun juga, dapatkah aku yang lemah, malang dan berdosa ini? Bagaimana aku dapat hidup tanpa Yesus?

Kumohon, ibu yang berduka, janganlah biarkan aku sendiri. Bawalah aku sertamu. Tapi pertama-tama, taruhlah seluruh keberadaanku ke dalam Yesus. Kosongkanlah aku dari segalanya agar mampu menaruh Yesus seluruhnya ke dalamku, seperti engkau menaruh-Nya ke dalam dirimu. Mulailah tugas keibuanmu bersamaku yang diberikan Yesus kepadamu dari salib. Biarlah hati keibuanmu tergerak oleh kemiskinanku yang ekstrim; dan dengan tangan keibuanmu, sertakanlah aku secara total, secara utuh di dalam Yesus. Sertakanlah pikiran-pikiran Yesus di dalam pikiranku sehingga tidak ada pikiran lain yang akan masuk di dalamku. Sertakanlah mata Yesus dalam mataku sehingga Ia tidak akan pernah pergi dari pandanganku. Taruhlah telinganya di dalam telingaku sehingga aku akan selalu mendengarkan-Nya dan memenuhi Kehendak Maha Kudus-Nya di dalam segalanya. Taruhlah Wajah-Nya di dalam wajahku sehingga dengan melihat Wajah-Nya yang hancur karena Cinta kepadaku, aku akan mencintai Dia, memberikan belas kasih pada-Nya dan melakukan pemulihan untuk-Nya. Taruhlah lidah-Nya di dalam lidahku sehingga aku akan berbicara, berdoa dan mengajar dengan lidah Yesus. Taruhlah tangan-tangan-Nya di dalam tanganku sehingga setiap gerakan yang kulakukan dan setiap pekerjaan yang kulakukan akan memiliki hidup dari karya dan gerakan Yesus. Taruhlah kaki-kaki-Nya pada kaki-kaki-ku sehingga setiap langkah yang kuambil akan menjadi kehidupan, keselamatan, kekuatan dan semangat bagi para mahkluk lainnya.

Dan sekarang, ibuku yang kesedihan, biarlah aku mencium Hati-Nya dan menjilat Darah Maha Kudus-Nya. Saat engkau menyertakan Hati-Nya di dalam hatiku, berikanlah aku rahmat untuk hidup oleh Cinta-Nya, oleh hasrat-hasrat-Nya, oleh kesakitan-kesakitan-Nya. Dan sekarang, peganglah tangan kanan Yesus yang kaku sehingga ia akan memberikanku berkat-Nya yang terakhir. Sekarang engkau mengijinkan batu itu menutup Dia. Betapa hal itu menyengsarakanmu! Menangis, engkau mengucapkan kata perpisahan terakhirmu pada-Nya; dan mencium kubur itu, engkau pun pergi. Kesedihanmu begitu besar sehingga engkau kaku, membeku. Ibuku yang membeku, bersama denganmu aku mengucapkan salam perpisahan pada Yesus. Dan menangis, aku ingin bersimpati bersamamu dan menemanimu di dalam kesepianmu yang pahit ini. Aku ingin tetap tinggal di sampingmu untuk memberikan kata-kata penghiburan dan sebuah tatapan belas kasih untuk setiap desahan, kegalauan dan kesedihanmu. Aku akan mengumpulkan airmatamu; dan jika aku melihat engkau tak sadarkan diri aku akan memelukmu di dalam pelukanku.

Sekarang aku melihat engkau harus kembali ke Yerusalem melalui jalan kedatanganmu. Setelah beberapa langkah salib telah muncul, dimana Yesus menderita begitu besarnya dan kemudian wafat. Engkau berlari menuju salib itu dan menciumnya. Melihatnya berlumur darah, kesakitan-kesakitan yang diderita-Nya ada di salib itu diperbarui di dalam hatimu satu per satu. Tak sanggup menanggung kesedihanmu, tersedu-sedu engkau berteriak:

 “O salib! Betapa kejamnya engkau pada Putera-ku? Tidak, engkau tidak mengasihani Dia sedikitpun! Kesalahan apa yang dilakukan-Nya padamu? Engkau tidak mengijinkan, ibu-Nya yang berdukacita, untuk memberikan bahkan seteguk saja air saat Ia memintanya; dan mulut-Nya yang kekeringan kauberikan dia empedu dan cuka. Aku merasakan hatiku yang terpaku mencair, dan ingin mempersembahkan hatiku yang mencair kepada bibir-bibir itu untuk melepaskan dahaga-Nya, tetapi aku menerima kesedihan karena penolakan. Ya, O salib, engkau begitu kejam, tetapi kudus, sebab engkau meng-Ilahikan dan menguduskan setelah bersentuhan dengan Putera-ku. Ubahlah kekejaman yang kaugunakan terhadap-Nya menjadi belas kasih bagi para mahkluk fana yang malang. Dan kesakitan-kesakitan yang Ia derita saat berada padamu, memohon rahmat dan kekuatan bagi jiwa-jiwa yang menderita, sehingga tidak ada seorangpun yang akan terhilang karena pencobaan-pencobaan dan salib-salib. Jiwa-jiwa membuatku membayar harga yang terlalu besar. Mereka seharga hidup seorang Putera Allah. Dan sebagai Pendamping Penebus dan ibu, aku mengikat mereka padamu, O salib.”

Engkau menciuminya lagi dan lagi, dan kemudian meneruskan. Ibu yang malang, betapa aku bersimpati padamu! Pada setiap langkah dan perjumpaan, sebuah kesedihan baru muncul, yang menjadi lebih besar dan lebih pahit. Semuanya membebani dan menghantammu bagai ombak-obak, sehingga engkau merasakan kematian setiap saat. Beberapa langkah lagi dan engkau tiba di tempat dimana pagi ini engkau berjumpa dengan Yesus, kelelahan dan bermandikan darah, berada di bawah beban salib yang begitu berat. Ia bermahkotakan banyak duri di kepala-Nya, dihantam salib, duri-duri itu menusuk semakin dalam dan semakin dalam, memberikannya kesakitan-kesakitan di setiap saat. Bertemu matamu, mata Yesus mencari belas kasih; tetapi untuk menarik engkau dan Yesus dari kelegaan ini, para prajurit mendorong Dia dan membuat Dia terjatuh, menyebabkan  darah baru mengalir.

Dan sekarang, melihat tanah bersimbah darah, engkau tersungkur di tanah dan mencium darah itu, berkata:

“Para malaikatku, datang dan jagalah darah ini agar tidak ada satu tetes pun akan terinjak-injak dan dinodai.”

Ibu penuh dukacita, biarlah aku membantumu kembali berdiri dan menghiburmu, sebab aku melihat engkau begitu menderita di dalam darah Yesus. Ketika engkau terus berjalan, engkau bertemu dengan kesakitan-kesakitan yang baru. Engkau melihat jejak darah dimana-mana dan mengingatkan akan sengsara-sengsara-Nya, sehingga engkau mempercepat langkahmu dan menyertakannya di dalam senakel. Aku juga menyertakan diriku di dalam senakel – senakel Hati Yesus yang Maha Kudus. Dari dalam Hati ini aku ingin datang pada lutut-lutut keibuanmu untuk menemanimu pada saat kesepian yang pahit ini. Aku tidak tega meninggalkanmu sendiri di dalam kesedihan yang begitu besar.

Ibu yang kesepian, lihatlah anak kecilmu. Aku juga terlalu kecil untuk hidup sendirian. Aku tidak dapat dan tidak ingin. Jadi, bawalah aku pada lutut-lututmu, dekaplah aku dalam pelukanmu dan jadilah ibuku, sebab aku memerlukan tuntunan, pertolongan dan bantuanmu. Lihatlah kemalanganku dan tuangkan setetes airmata pada luka-lukaku. Saat engkau melihatku terganggu, tekanlah aku pada hati keibuanmu dan panggillah kehidupan Yesus kembali ke dalamku.

Namun ketika aku berdoa kepadamu, aku terpaksa berhenti dan memalingkan perhatianku pada kesedihan-kesedihanmu yang pahit. Aku merasakan diriku sendiri terkoyak, melihat saat engkau menggerakkan kepalamu engkau merasakan duri-duri yang kauambil dari Yesus menembus lebih dalam. Bersama dengan duri-duri dosa-dosa pikiran kami yang bahkan menusuk matamu, menyebabkan engkau menangis dan bercucuran airmata darah. Ketika engkau menangis, matamu melihat apa yang dilihat Yesus, semua pelanggaran para mahkluk. Oh, betapa engkau dipahitkan oleh itu semua! Betapa engkau mengerti apa yang diderita Yesus, dirimu merasakan sendiri kesakitan-kesakitan-Nya! Namun kesakitan yang satu tidak menunggu kesakitan berikutnya. Saat engkau mendengar dengan sungguh-sungguh, telingamu dipekakkan oleh gema suara para mahkluk. Setiap macam suara mahkluk yang menyerang, terdengar di telingamu dan meresap ke dalam hatimu dan mengoyakkannya; dan engkau kembali mengulangi jeritanmu: “Nak, betapa menderitanya Engkau!”

Ibu yang kesepian, betapa aku bersimpati denganmu! Biarlah aku menyeka wajahmu yang bersimbah airmata dan darah. Tetapi kembali aku terjatuh, melihat semuanya dibungkus memar, tak lagi dapat dikenali dan pucat dengan kepucatan orang mati. Aku mengerti: Inilah perlakuan-perlakuan buruk yang diterima Yesus, yang telah engkau ambil untukmu sendiri, yang membuat engkau menderita begitu besar. Ya, ketika engkau menggerakkan bibirmu untuk berdoa dan merintih dari nyala api dadamu, engkau merasakan nafasmu menjadi pahit dan bibir-bibirmu terbakar oleh kedahagaan Yesus.

O ibuku yang malang, betapa aku bersimpati denganmu! Kesedihan-kesedihanmu bahkan lebih besar lagi, dan tampaknya semuanya bertubi-tubi. Memegang tanganmu, aku melihatnya tertusuk paku. Itulah tangan yang sama yang menyebabkan rasa sakit saat melihat pembunuhan-pembunuhan, pengkhianatan-pengkhianatan, dosa-dosa sakrilegi dan semua pekerjaan jahat yang berulang kali dilakukan, memperbesar luka-luka dan menjadikannya semakin menyakitkan.

Betapa aku bersimpati bersamamu! Engkau sungguh ibu-ku yang tersalib, bahkan kakimu pun tidak tertinggal tanpa paku-paku. Terlebih lagi, engkau tidak hanya merasakan kaki-kaki itu dipaku tetapi juga dirobek oleh begitu banyak langkah jahat, dan oleh jiwa-jiwa yang pergi menuju neraka. Dan engkau mengejar mereka agar mereka tidak jatuh ke dalam nyala api yang berkobar. Tetapi ini belumlah segalanya, o ibu yang terpaku. Semua kesakitan-Mu, digabungkan bersama, menggema di dalam hatimu dan menusuknya tidak dengan tujuh pedang tetapi dengan ribuan dan ribuan pedang – khususnya sejak Hati Yesus yang Ilahi berada di dalammu yang menyertakan semua hati dan mengarahkan detak jantung setiap orang di dalamnya. Dan detak jantung Ilahi itu berdetak, sementara berdetak, berkata, Jiwa-jiwa! Cinta! Dengan detak jantung, jiwa-jiwa, engkau merasakan semua dosa mengalir di dalam detak jantungmu, dan engkau merasa sedang diberikan kematian. Di dalam detak jantung, Cinta, engkau merasa kehidupan sedang diberikan padamu. Dan begitulah engkau selalu berada secara terus-menerus bergantian di dalam kehidupan dan kematian.

Ibu yang tersalib, saat aku melihatmu aku bersimpati denganmu di dalam kesedihan-kesedihanmu. Betapa tak ter-ekspresikan semua itu! Aku ingin mengubah keberadaanku menjadi lidah dan suara, untuk bersimpati denganmu. Tetapi di hadapan begitu banyak kesakitan, simpati-simpatiku tidak berarti apa-apa. Sehingga, aku memanggil para malaikat dan Tritunggal Maha Kudus, berdoa pada Mereka untuk menaruh keharmonisan Mereka, sukacita dan keindahan di sekelilingmu untuk menenangkan dan bersimpati dengan kesedihan-kesedihanmu yang besar. Aku berdoa Semuanya akan menopang engkau di dalam rangkulan Mereka dan untuk memberikanmu cinta sebagai tugas bagi semua yang telah kau derita. Dengan kesepian yang pahit ini, aku berdoa padamu untuk datang dan menolong aku di saat kematianku. Ketika jiwaku yang malang mendapatkan dirinya sendirian dan ditinggalkan oleh semua orang, di antara ribuan kekhawatiran ketakutan, datanglah untuk menemani aku yang telah kuberikan padamu berkali-kali di dalam kehidupan. Datanglah menolong aku, beradalah di sampingku dan usirlah musuh-musuh. Basuhlah jiwaku dengan airmatamu. Bungkuslah aku dengan darah Yesus dan pakaikanlah aku dengan jasa-jasa-Nya. Perindahlah aku dengan kesedihan-kesedihan-Mu dan dengan semua kesakitan dan karya Yesus. Di dalam kebajikan kesakitan-kesakitan-Nya dan kesedihan-kesedihanmu, buatlah semua dosa hilang dariku, berikanlah aku pengampunan seluruhnya. Ketika aku menghembuskan nafas terakhirku, terimalah aku di dalam pelukanmu, taruhlah aku di bawah jubahmu dan sembunyikanlah aku dari mata para musuh. Bawalah aku pergi, terbang ke surga dan taruhlah aku di dalam pelukan Yesus.

Ibuku yang terkasih, tidakkah engkau mau melakukan hal ini? Dan sekarang, aku berdoa padamu untuk menemaniku seperti yang telah kulakukan padamu hari ini, dan bagi semua pada saat ini. Jadilah ibu bagi mereka semua. Inilah saat-saat ekstrim dan bantuan-bantuan besar diperlukan, jadi janganlah menolak tugas keibuanmu pada siapapun juga.

Satu kata-kata terakhir sebelum aku meninggalkanmu: aku berdoa engkau menyertakan aku di dalam Hati Yesus yang Maha Kudus. Dan engkau, ibuku yang penuh dukacita, jadilah penjagaku sehingga Yesus tidak akan mengusir aku dari dalam Hati-Nya, dan agar walaupun aku ingin, aku tetap tidak akan meninggalkan-Nya. Sekarang aku mencium tangan keibuanmu dan memohon agar engkau memberkati aku.


DOA SYUKUR DI SETIAP JAM

Yesus-ku yang terkasih, Engkau telah memanggil aku pada Jam Sengsara-MU ini untuk menemani-MU – dan aku telah datang. Tampaknya aku telah mendengarkan, derita dan kesedihan, doa, penebusan dan sengsara-MU. Dengan suara-suara-MU yang paling mengasihi dan fasih, Engkau memohon keselamatan bagi jiwa-jiwa. Aku mencoba untuk mengikuti Engkau di dalam segala hal. Kini, aku berhutang pada-MU perasaan hatiku “Terimakasih” dan “Aku memberkati-Mu.”

Ya, O Yesus, aku mengulangi “Terimakasih” ribuan dan ribuan kali. Aku memberkati-Mu untuk semua yang telah Engkau lakukan dan telah Engkau derita bagiku dan bagi semua orang. Aku berterimakasih dan aku memberkati-Mu untuk setiap tetes Darah yang Kautumpahkan. Aku berterimakasih untuk setiap helaan nafas, untuk setiap detak jantung, dan setiap langkah-MU. Aku berterimakasih untuk setiap kata, pandangan, penderitaan dan amukan yang telah Engkau alami. Dalam semuanya, O Yesus-ku, aku berharap untuk memberikan-MU “Terimakasih” dan “aku memberkati-Mu” milik-ku. O Yesusku, biarlah jiwaku mengirimkan aliran syukur dan berkat bagi-MU yang terus menerus – untuk menarik bagi kami semua aliran limpah berkat dan rahmat-MU. Aku mohon, O Yesus, tekanlah aku di Hati-MU, dan dengan tangan-tangan-MU yang kudus materaikan setiap partikel keberadaanku dengan “Aku memberkatimu” daripada-Mu, sehingga tidak ada yang lain selain himne terus menerus bagi-MU yang berasal dariku.”

Dengan demikian aku meninggalkan keberadaanku di dalam Engkau, untuk mengikuti engkau di dalam setiap apa yang Kau-lakukan; lebih baik lagi, Engkau akan begitu hidup di dalam aku sehingga aku akan meninggalkan pikiran-pikiranku di dalam Engkau untuk membela Engkau dari musuh-musuh-MU, nafas-nafasku sebagai teman setia, detak jantungku untuk mengingatkan “Aku cinta pada-MU” milikku, dan untuk memberikan pada-MU cinta dimana orang lain menolak untuk mencintai-MU; aku akan memberikan kepada-MU tetesan-tetesan darahku untuk menebus dan mengembalikan hormat dan salam yang disangkal oleh musuh-musuh-MU dengan penghinaan-penghinaan dan pelanggaran-pelanggaran. Aku akan meninggalkan seluruh keberadaanku sebagai seorang penjaga.

Cinta-ku tersayang, saat aku harus melakukan kewajiban-kewajibanku, aku tetap akan tinggal di dalam Hati-MU. Aku takut meninggalkannya. Tidakkah hal itu benar bahwa Engkau akan menjagaku di sini? Detak-detak jantung kita akan terus bersentuhan sehingga Engkau akan memberikan aku kehidupan, cinta dan persatuan yang dekat dan tak terpisahkan bersama-MU.

Yesus, jika Engkau melihat bahwa dari waktu ke waktu aku akan terpisah daripada-MU, biarlah detak jantung-MU mempercepat detak jantungku. Biarlah tangan-tangan-MU menekanku lebih dekat pada Hati-MU; biarlah mata-MU melihat aku dan menyayat aku dengan cahaya api sehingga aku dapat merasakan kehadiran-MU dan segera kembali ke dalam persatuan dengan-MU.

O Yesus-ku, berjagalah sehingga Aku tidak akan melelahkan-MU. Aku mohon pada-MU, jagalah aku. O berikanlah aku sebuah cium, peluklah aku, dan berkatilah aku! Berikanlah tangan-tangan-MU yang maha kudus sehingga aku dapat melakukan segala sesuatu yang harus kulakukan untuk bersatu dengan-MU! Yesus-ku, berikanlah aku cium Kasih Ilahi, peluklah aku dan berkatilah aku; aku akan mencium Hati-MU yang memabukkan dan beristirahat di dalam Engkau.