Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil.

Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil.
Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil. Mazmur 119:164

Jalani Kehidupan dalam Rahmat Tuhan


Jalani saja kehidupan di dalam rahmat TUHAN. berhentilah bertanya-tanya terlalu banyak. Sebab jika bertanya terlalu banyak, kemungkinan kita tidak melakukan apa-apa seperti yang TUHAN kehendaki.

---------

Banyak orang hanya menyamankan dirinya sendiri dan TIDAK mau mengubah diri sendiri untuk membangun hubungan baik dengan TUHAN dan sesama. Semuanya harus dibayar dari NOL di api penyucian.
---------

Pembicara adalah MARINO RESTREPO berasal dari Bogota, Colombia. Dilahirkan dari keluarga Katholik di pedesaan perkebunan kopi. Pada usia 14 tahun bersekolah di kota dan mulai meninggalkan iman Katholik. Sampai kuliah di Jerman dan berkecimpung dengan industri hiburan. Hidup mewah di Hollywood. Menjadi aktor dan musik direktur, berkontrak dengan Sonny. Hidup kaya raya dan sukses dan terlibat aliran New Age selama 33 tahun hidupnya.

Ibunya yang berusaha hidup kudus dalam iman Katholik terus menerus mendoakannya.

Di usia 47 tahun, Marino berlibur ke Colombia untuk merayakan Natal bersama keluarga. Seorang tante mengajak dia untuk melakukan Novena Kanak-kanak Yesus di gereja selama 9 hari berturut-turut. Marino mengikuti Novena ini dengan niat hati untuk mengkombinasikan kekuatan universal dari New Age yang telah dipelajarinya.

Selesai Novena hari ke-9, di perjalanan pulang, Marino diculik oleh gerilya dan dibawa ke dalam hutan dan dimasukkan ke dalam gua yang berisi begitu banyak kelelawar.

Selama penculikannya itu ia mendapat pengalaman mistikal. Tuhan memperlihatkan neraka tempat dia seharusnya berada. Begitu banyak yang diajarkan Tuhan mengenai kehidupan yang benar. Marino juga diperlihatkan Api Penyucian dan ia juga dibawa melihat Surga. Ia hanya ditunjukkan Surga dari kejauhan, suatu tempat terang gemerlap yang indah yang tidak boleh dimasukinya terlebih dahulu karena ia belum layak ke sana.

6 bulan Marino berada di hutan selama penculikannya. Disiksa dan dimintai tebusan. Tebusan harus dibayar, jika tidak, keluarganya akan dibunuh. Setelah tebusan dibayar, gerilya memutuskan untuk membunuh Marino. Hanya dengan mujizat Tuhan saja, Marino akhirnya dibebaskan. Pembebasan itu sebenarnya sangat mengherankan bagi Marino.

Selama penculikan itu, Marino diajarkan Tuhan mencintai musuh-musuhnya. Jadi, bukan membenci para penculik dan penyiksanya, Marino justru mencintai dan mendoakan mereka. Permohonan besar Marino kepada Tuhan hanyalah sederhana, yaitu agar sebelum mati ia dapat mengaku dosa kepada seorang imam.

Segera setelah mujizat pembebasannya, Marino mencari seorang Pastor untuk Mengaku Dosa. Dan Pastor itu sampai sekarang masih menjadi Pastor pembimbingnya.

2 tahun setelah penculikannya, Marino hanya berkonsentrasi untuk kembali dan memperbaiki iman Katholik yang ditinggalkannya.

Setelah 2 tahun itu ia kembali mendapat pengalaman mistikal dimana Tuhan menunjukkan dengan jelas tugas perutusannya.

Sejak itu Marino mendirikan pelayanan Misionaris Awam Kasih. Beliau berkeliling dunia untuk berbicara. Jadwal berbicaranya begitu padat, ia berbicara di hadapan umat awam atau di biara-biara.

Misionaris Awam Kasih mendapatkan pengakuan yang sah dari Uskup setempat, tempat Marino tinggal.

Marino tidak pernah mempersiapkan bahan yang harus dibicarakannya. Semua yang dibicarakannya mengalir jernih dari Roh Kudus. Di awal dan akhir ia akan membaca ayat Kitab Suci, ayat-ayat itu dibuka tanpa persiapan, namun ayat pembuka akan menjadi bahan pembicaraan yang kuat dan secara lengkap ayat penutup yang tidak pernah direncanakannya akan menjadi penutup peneguh seluruh rangkaian pembicaraannya.

Dari seorang sukses yang kaya raya hingga kini hidup murni hanya dari melayani Tuhan. Istri Marino telah meninggal karena kanker sebelum pertobatannya; ia memiliki 2 anak laki-laki usia 40 dan 38 tahun, masih belum kembali pada iman Katholik. Marino menyadari bahwa anak-anaknya tidak memiliki iman kepada Tuhan sebagai akibat gaya hidupnya terlebih dahulu yang tidak pernah memperkenalkan Tuhan pada mereka, Marino mengerti bahwa iman anak-anaknya tidak dapat diajarkan setelah usia dewasa saat ini maka yang Marino lakukan hanyalah berusaha hidup kudus dan menjalankan tugas perutusannya, selalu mengandalkan Tuhan dan membina hubungan intim dengan Tuhan. Ia percaya, Tuhan akan menjaga segala sesuatunya.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.