Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil.

Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil.
Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil. Mazmur 119:164

Bacaan Pilihan: Senin, 4/8/2014

 JEAN Baptist Marie Vianney, yang kemudian menjadi sangat dikenal dengan sebutan ‘Sang Pastor dari Ars’,  lahir di Dardilly, tak jauh dari Lyon, di Perancis Selatan, pada tanggal 8 Mei  1786. Ia lahir sebagai anak keempat dari pasangan Mathieu Vianney dan Marie Beluse, sebuah keluarga pedesaan yang bersahaja. Keluarga ini memiliki beberapa bidang tanah yang menyatu dengan tempat tinggal mereka yang sederhana.

Mukjizat-mukjizat yang dikerjakan Sang Pastor dari Ars
Kemampuan untuk menyingkapkan dosa-dosa tersembunyi dari para pengaku dosa yang datang kepada Pastor Vianney, menjadi kekuatan pelayanannya dan melahirkan banyak pertobatan. Pastor Jean juga mampu melihat ke depan manakala seseorang akan kembali berdosa di masa depan dan membuatnya kembali ke Ars, yang dibantunya untuk sembuh kembali. Kemampuan yang sama juga dimilikinya untuk melihat meningkatnya kekudusan jiwa seseorang di bawah suatu penderitaan fisik dan kehendak Tuhan bahwa kesembuhan tidak akan terjadi pada orang itu. Juga ia dapat melihat suatu salib yang menunggu seorang peziarah sekembalinya dari Ars, atau melihat dengan mata batin, bahwa suatu kesembuhan tengah terjadi di tempat yang jauh.
Berbagai mukjizat yang telah terjadi disambut Pastor Jean hanya dengan satu alasan, yaitu bahwa semua itu dapat mendukung terjadinya pertobatan banyak pendosa dan keselamatan banyak jiwa untuk bersatu kembali dengan Tuhan. Itulah pencapaian sesungguhnya dari pelayanannya yang penuh pengorbanan diiringi mati raga yang terus menerus demi pertobatan umatnya.

Kehidupan interior sang Pastor Yang Terberkati
Banyak orang bertanya-tanya bagaimana pastor yang telah memberikan banyak sekali waktu dan perhatian bagi keselamatan jiwa begitu banyak orang, masih bisa mempunyai waktu dan tenaga untuk memperhatikan kebutuhan jiwanya sendiri.
Dalam saat-saat luang di mana sebenarnya ia bisa melakukan aktivitas yang bersifat hiburan, Pastor Jean lebih memilih untuk mengerjakan hal-hal yang berguna bagi perkembangan spiritualnya. Hal ini membuat Pastor Jean semakin memperlihatkan kasih dan respek kepada orang lain, tahun demi tahun ia semakin tampak bersinar dalam kerendahan hati, amal kasih, dan pengorbanan. Bagi siapapun yang mendekat padanya, sinar matanya yang jernih memantulkan kesalehan yang tulus yang bersumber dari jiwanya. Ke manapun ia pergi, orang-orang akan mengerumuninya, menarik jubahnya, dan menanyakan berbagai hal kepadanya, termasuk hal-hal yang sangat sederhana, yang tetap ditanggapi Pastor Jean dengan penuh respek. Kebaikannya yang tidak pernah berubah membuatnya dijuluki “Pastor yang baik” sepanjang karirnya sebagai imam. Ia juga sangat menjaga dan menghormati rekan-rekan sesama imam, berusaha agar pekerjaan-pekerjaan yang sulit atau yang tidak menyenangkan tidak sampai ke tangan mereka. Untuk menyatakan kasihnya, ia sering membagikan barang-barang pribadinya kepada mereka termasuk salib, medali, dan relikwi, di mana semua benda itu sebenarnya merupakan benda-benda kesayangannya.
Selama tahun-tahun terakhir menjelang akhir hidupnya, Pastor Jean praktis tidak memiliki apa-apa lagi.  Ia telah menjual segala perabotan, buku-buku, dan berbagai benda miliknya untuk diberikan kepada orang miskin.
Ketika superiornya mulai melarang dia untuk bermati raga terlalu keras demi kesehatannya, ia berusaha menemukan cara lain untuk melakukan mati raga lewat makanannya sehari-hari. Pastor Jean juga menderita suatu penyakit yang membuatnya sering harus mempersingkat homilinya di altar, bahkan tak jarang rasa sakit itu membuatnya pingsan. Jika ditanya mengenai itu, ia hanya menjawab, “Ya, saya hanya sakit sedikit saja”. Padahal dengan tubuh yang sudah begitu lemah karena mati raga, ditambah rasa sakitnya, dan terkurung di dalam sempitnya ruang pengakuan dosa selama enam belas atau tujuh belas jam sehari, tentu penderitaan tubuhnya sama sekali tidak ringan. Waktu untuk beristirahat di malam hari seringkali hanya tersisa satu jam saja, dan waktu yang sangat sedikit itu pun sering tak bisa dinikmatinya dengan baik, karena batuk yang hebat mengguncang tubuhnya tak henti. Dalam semalam ia bisa terbangun empat atau lima kali, berharap bisa meringankan penderitaannya dengan berjalan-jalan ringan. Ketika sudah menjadi sangat lelah akhirnya ia tertidur tetapi terkadang karena sudah waktunya matahari terbit, segera ia bangun lagi untuk bekerja kembali di hari yang baru. Waktu luangnya ia habiskan untuk berdoa. Dalam mengunjungi orang sakit, pikirannya selalu tertuju kepada Tuhan. Namun doa-doanya selalu sangat sederhana. Memang ia memilih untuk senantiasa sederhana dalam segala tindakannya.
Cintanya kepada Tuhan begitu dalam, sehingga tak jarang hatinya terasa tercabik dan air matanya mengalir deras saat mendengarkan berbagai perbuatan dosa berat yang dilakukan orang-orang yang mengaku dosa kepadanya. Ia merasakan betapa sakitnya luka-luka dan hinaan yang diterima Yesus dan betapa cinta-Nya ditolak melalui dosa-dosa yang diperbuat oleh umat-Nya. Jika ia tahu sebelumya bahwa sedemikian beratnya menjadi seorang imam yang harus mendengarkan pengakuan, lebih baik dulu ia pergi menjadi seorang trapis di biara daripada ke seminari.
Betapapun besar dan mengagumkan hasil pekerjaan pelayanannya, Pastor Jean selalu menganggap dirinya tidak mampu untuk menjalankan tugas-tugas imamatnya sebagaimana seharusnya. Tanpa rasa bangga ia menyebut dirinya “jiwa yang miskin”, dan tubuh fisiknya, “mayat yang miskin”, dan “kesengsaraan yang miskin”, sambil berdoa semoga Tuhan masih berkenan memakai segala kemiskinannya itu. Tak diragukan lagi, kerendahan hatinyalah yang membuat Pastor Jean Vianney menjadi seorang kudus. Itulah kunci kekudusannya, karena tanpa kerendahan hati itu, ia tak akan bertahan terhadap penyembahan dan kekaguman ribuan orang yang telah menyaksikan kekudusan hidupnya.

DOA PENUTUP
Allah yang mahakuasa dan penuh belaskasihan, Engkau sudah memasyhurkan santo Yohanes Maria karena kegiatannya sebagai pastor di Ars. Semoga berkat doa dan teladannya kami berusaha membawa sesama kepada cinta akan Kristus dan dapat memperoleh kemuliaan abadi bersama mereka.
Demi Yesus Kristus, pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin

PENUTUP
P: Marilah memuji Tuhan
U: Syukur kepada Allah

=======
Sumber Buku:
http://katolisitas.org/8725/kisah-st-yohanes-maria-vianney

Bacaan Pilihan
Bacaan yang disediakan oleh team Brevir Harian, BUKAN bacaan wajib dari rekomendasi siapapun. Dimaksudkan, jika pendaras Brevir sedang melakukan Ibadat Bacaan dan tidak memiliki bahan bacaan pilihan, maka Bacaan Pilihan yang kami sediakan dapat menjadi alternatif pengganti.

=======

Dan TUHAN pun menunggumu dengan rindu di dalam:
- Misa Kudus harian
- Kunjunganmu ke Tabernakel gereja (Sakramen Maha Kudus) berbincang-bincanglah denganNYA.
- Pengakuan Dosa dengan hati yang bertobat dan selalu ingin memperbaiki diri
Ingatlah berdoa:
- Koronka
- Rosario
Lakukanlah Puasa pribadi, bacalah Kitab Suci walau hanya satu perikop.
Amalkanlah cinta kasih pada sesama dengan ketulusan dan kerendahan hati.

"...kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan."
Ibrani 12: 14

www.brevirharian.blogspot.com www.facebook.com/brevirharian

Link Harian

Brevir Harian juga ada pada Fanpage FaceBook: Brevir Harian

Mau Terima 7 Ibadat/Doa Brevir di e-mail setiap hari? GABUNG yahoogroups "Brevir Harian"
Pengguna Blackberry, dapat men-download: Aplikasi Brevir Harian
Pengguna Android, dapat men-download: Aplikasi Brevir Harian

Anda punya testimoni tentang pengaruh membaca Brevir di dalam hidup anda?
Kirimkan testimoni anda untuk kemuliaan Tuhan di Surga, ke e-mail: novena_tiga_salam_maria@yahoo.com

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.