14.00 – 15.00
JAM KETIGA - SENGSARA DI SALIB - KATA-KATA KE-LIMA, KE-ENAM DAN
KE-TUJUH (+ 33 menit)
--------
Alternatif Bacaan Harian, sambil berdoa
dan berdevosi yang sangat menyenangkan Hati Yesus.
… " Jam-jam ini adalah
yang paling berharga dari semuanya, karena itu semua tidak lebih dari
pengulangan dari apa yang Aku lakukan dalam perjalanan hidup fana-Ku, dan apa
yang terus Ku-lakukan dalam Sakramen Mahakudus. Ketika Aku mendengar Jam-jam
Sengsara-Ku ini, Aku mendengar suara-Ku sendiri, doa-doa-Ku sendiri. Dalam jiwa
itu Aku melihat Kehendak-Ku - yaitu menginginkan kebaikan bagi semua dan untuk
memperbaiki semua - dan Aku merasa tertarik untuk tinggal di dalam dirinya,
untuk dapat melakukan apa yang dia sendiri lakukan di dalam dirinya. Oh, betapa
Aku akan mencintai bahkan satu jiwa pun untuk setiap kota melakukan Jam Jam
Kesukaanku ini! Aku akan mendengar Diri-Ku di setiap kota, dan Keadilan-Ku,
murka selama waktu ini, akan ditenangkan sebagian. "
- Lompati membaca bagian ini jika anda
telah pernah membacanya, langsunglah masuk ke Doa Persiapan Awal.
--------
DOA PERSIAPAN AWAL
O Tuhan Yesus Kristus-ku, tersungkur di hadirat Ilahi-MU, aku
memohon pada Hati-MU yang sungguh mengasihi untuk mengijinkan aku untuk masuk
ke dalam renungan sedih akan 24 jam Sengsara-MU, dimana, demi cinta kepada kami
Engkau mau menderita sedemikian besarnya yang dialami oleh Tubuh-MU yang layak
di sembah itu dan dialami oleh Jiwa-MU yang Maha Kudus, bahkan sampai kematian
di salib. O berikanlah aku pertolongan, rahmat, cinta, hasrat yang
sungguh-sungguh dan pengertian akan sengsara-sengsara-MU saat aku melakukan
renungan Jam ini.
Untuk jam-jam dimana aku tidak dapat merenungkannya, aku
mempersembahkan pada-MU niat yang kumiliki untuk merenungkan
peristiwa-peristiwa tersebut; dan aku mohon untuk merenungkan
peristiwa-peristiwa tersebut dengan niatku selama jam-jam dimana aku harus
mendedikasikan diriku untuk tugas-tugasku atau untuk tidur.
Terimalah, O Tuhan yang penuh belas kasih, niat cintaku ini, dan
biarlah bermanfaat bagiku dan bagi semua, sebagaimana aku dengan cara yang
efektif dan cara yang kudus mencapai apa yang ingin kulakukan.
Aku bersyukur kepada-MU, O Yesus-ku. Aku berterimakasih pada-MU
karena Engkau telah memanggil aku untuk bersatu dengan Engkau di dalam doa.
Untuk menyenangkan-MU, aku mengambil Pikiran-pikiran-MU, Lidah-MU dan Hati-MU.
Aku ingin berdoa dengan semuanya itu. Aku ingin menggabungkan diriku di dalam
kehendak-MU dan di dalam Cinta-MU. Aku merentangkan tangan-tanganku untuk
memeluk Engkau, aku meletakkan kepalaku di Hati-MU – dan aku memulai…
JAM KETIGA - SENGSARA DI SALIB - KATA-KATA KE-LIMA, KE-ENAM
DAN KE-TUJUH
Kata-kata ke-lima:
«Aku haus! »
Yesus-ku yang tersalib, sedang sekarat, merangkul salib, aku
merasakan api yang menyala di seluruh Pribadi Maha Kudus-Mu. Jantung-Mu
berdegub keras mendorong rusuk-rusuk-Mu, menyiksa Engkau sedemikian dengan cara
menyengsarakan dan mengerikan sehingga semua kemanusiaan Maha Kudus-Mu
mengalami sebuah perubahan yang membuat Engkau tak dikenali lagi. Cinta yang
membuat Hati-Mu terbakar, membakar-Mu. Tak mampu menahannya, Engkau merasa
siksaan itu begitu dashyatnya tidak hanya pada kehausan secara fisik karena
seluruh Darah-Mu tertumpah, tetapi lebih lagi, dahaga yang membakar akan
kesehatan jiwa-jiwa kami. Engkau ingin meminum kami sebagai air untuk
memberikan kepada kami semua keselamatan di dalam Diri-Mu sendiri. Jadi,
mengumpulkan kekuatan-Mu yang memudar, Engkau berteriak:
“Aku haus!”
Ya, Engkau mengulangi kata-kata ini di setiap hati:
“Aku haus akan kehendakmu, akan kasih-mu, akan hasrat-mu, akan
cinta-mu. Engkau tidak dapat memberikan air yang lebih menyejukkan dan
menyegarkan daripada jiwamu sendiri. Mohon, janganlah buat Aku terbakar. Aku
terbakar dengan dahaga dimana Aku tak hanya merasakan lidah dan tenggorokanku
terbakar – dimana Aku tak lagi dapat mengucapkan sebuah kata – tetapi Aku juga
merasa Hati-Ku dan organ-organ-Ku sedarang sekarat. Kasihanilah akan
kehausan-Ku! Kasihanilah!” Menjadi tak waras karena dahaga yang begitu besar,
Engkau menyerahkan Diri-Mu sendiri kepada Kehendak Bapa.
Tidak, hatiku tidak dapat terus hidup seperti ini: aku melihat
kejahatan para musuh-Mu yang bukannya memberikan Engkau minum malahan
memberikan-Mu kepahitan empedu dan cuka – yang tak Kautolak. Ya, aku mengerti:
itulah kepahitan empedu dari begitu banyak dosa; itulah cuka dari hasrat-hasrat
yang tak beraturan yang ingin mereka berikan pada-Mu, yang bukannya
melegakan-Mu, namun membuat Engkau semakin terbakar.
O Yesus-ku, inilah hatiku, pikiranku, kasihku. Inilah seluruhnya
aku, bagi-Mu untuk melepaskan dahaga-Mu dan untuk menyegarkan mulut-Mu yang
kering dan pahit. Seluruhnya aku dan seluruh yang kumiliki untuk-Mu, O
Yesus-ku. Jika kesakitan-kesakitan-ku diperlukan untuk menyelamatkan satu jiwa
saja, inilah aku. Aku siap untuk menderita segalanya. Aku mempersembahkan
diriku seluruhnya bagi-Mu, untuk melakukan apapun terhadapku seperti yang
Kau-mau. Aku berniat untuk membuat pemulihan bagi kesakitan yang Kauderita bagi
semua jiwa yang tersesat, dan bagi kesakitan yang diberikan oleh jiwa-jiwa itu
kepada-Mu sehingga saat Engkau mengijinkan mereka mengalami kesedihan dan
ditinggalkan, bukannya mempersembahkan itu semua kepada-Mu untuk melegakan
dahaga yang membakar yang melahap-Mu, mereka justru kehilangan hati dan membuat
Engkau semakin menderita.
Kata-kata ke-enam:
« Sudah selesai! ».
Yesus-ku yang sekarat, samudera tak berkesudahan akan
kesakitan-kesakitan-Mu, api yang membakar-Mu, dan lebih daripada semuanya ini,
Kehendak Maha Kuasa Bapa yang menginginkan Engkau wafat, tidak lagi mengijinkan
kami untuk berharap bahwa Engkau dapat terus hidup. Bagaimanakah aku dapat
hidup tanpa-Mu? Kekuatan-Mu telah habis, mata-Mu kabur, wajah-Mu berubah dan
bertiraikan kepucatan yang mematikan. Mulut-Mu setengah terbuka dan nafas-Mu
tersengal-sengal demikian rupa hingga tidak lagi ada harapan bahwa Engkau dapat
bertahan. Pada api yang membakar-Mu ada pula keringat dingin yang membasahi
dahi-Mu. Otot dan syaraf-syaraf berkontraksi tak beraturan karena kesakitan dan
karena ditahan oleh paku-paku, sementara luka-luka semakin merobek. Aku gemetar
dan merasakan diriku sendiri juga sekarat. O Yesus-ku yang baik, aku melihat
Engkau dan melihat airmata terakhir menetes dari mata-Mu mendahului kematian-Mu
yang mendekat, dengan usaha yang besar Engkau masih mengatakan kata-kata lagi:
“Sudah selesai!”
O Yesus-ku, sekarang Engkau telah memberikan segalanya. Tiada lagi
yang Kausisakan. Cinta telah mencapai ujung akhirnya.
Dan bagaimana dengan aku: Apakah aku seluruhnya terbakar untuk Cinta-Mu?
Betapa sungguh aku harus bersyukur kepada-Mu! O Yesus-ku, aku berniat untuk
membuat pemulihan bagi setiap orang. Aku berniat untuk membuat pemulihan bagi
kurangnya tanggapan akan Cinta-Mu, dan untuk menghibur-Mu untuk semua yang
telah Kauterima sebelumnya dari para mahkluk saat Engkau menghabiskan Diri-Mu
sendiri untuk cinta pada kami di salib.
Kata-kata ke-tujuh:
«Bapa, ke dalam Tangan-Mu, Kuserahkan nyawa-Ku! »
Yesus-ku yang tersalib, Yesus yang sekarat, Engkau hendak
menghembuskan nafas-Mu yang terakhir dari kehidupan fana-Mu. Kemanusiaan Maha
Kudus-Mu telah kaku, dan Hati-Mu tampaknya sudah tidak lagi berdetak; jika aku
mendengar satu detak jantung, itu begitu lemahnya aku tak yakin Engkau telah
wafat dan aku menangis dan berteriak-teriak. Sungguhkah Hidup-ku telah
benar-benar mati? Bersama Maria Magdalena, aku memeluk kaki-kaki-Mu; dan jika
mungkin, aku ingin memberikan hidup-Ku untuk mencontoh Hidup-Mu. Sementara itu,
O Yesus, aku melihat Engkau kembali membuka mata sekarat-Mu, dan melihat sekeliling
salib seolah Engkau ingin mengucapkan kata-kata perpisahan terakhir pada setiap
orang. Engkau melihat pada ibu-Mu yang sekarang yang tak mampu bergerak dan
berkata-kata karena kesakitan yang ia rasakan, dan berkata:
“Selamat tinggal, ibu. Aku pergi, namun aku akan menjaga-Mu di
dalam Hati-Ku. Jagalah anak-anak-Ku dan anak-anak-mu.”
Engkau melihat Maria Magdalena yang sedang menangis dan Yohanes
yang setia, dan berkata kepada mereka dengan tatapan-Mu: “Selamat tinggal”.
Engkau memandang musuh-musuh dengan cinta, berkata kepada mereka dengan
tatapan-Mu: “Aku mengampuni kalian; Aku memberikan pada-Mu cium perdamaian.”
Tak ada yang terlewat dari pandangan-Mu. Engkau mengampuni setiap orang dan
mengucapkan salam perpisahan pada mereka semua. Kemudian, mengumpulkan semua
kekuatan-Mu, dengan suatu suara kuat dan bergema Engkau berteriak:
“Bapa, ke dalam Tangan-Mu, Kuserahkan nyawa-Ku!”
Dan Kepala-Mu tertunduk, Engkau wafat…
Yesus-ku, pada teriakan ini semua alam bersedih dan menangisi
kematian-Mu – kematian sang Pencipta-nya. Bumi mengalami gempa keras dan
getarannya tampak bagai menangis, ingin menggoncangkan jiwa-jiwa untuk membuat
mereka sadar bahwa Engkau adalah Allah yang sejati. Tirai Bait Allah terbelah;
yang mati bangkit; dan matahari yang sampai kini menangisi kesakitan-Mu,
ketakutan dan menarik cahayanya. Pada teriakan ini, semua musuh-Mu jatuh
berlutut, memukul dada mereka dan menyatakan: “Sungguh, Ia ini adalah Anak
Allah.” Ibu-Mu yang terpaku dan sekarat menderita kesakitan lebih keras daripada
kematian. Yesus-ku telah wafat, dengan teriakan ini Engkau menaruh kami juga
semua ke dalam tangan Bapa sehingga IA tidak akan menolak kami. Jadi, Engkau
tidak hanya menangis dengan suara-Mu, tetapi dengan seluruh kesakitan-Mu dan
juga dengan suara-suara Darah-Mu:
“Bapa, ke dalam Tangan-Mu, Kuserahkan nyawa-Ku!”
Yesus-ku, aku juga menyerahkan diriku ke dalam-Mu. Berikanlah aku
rahmat untuk mati seluruhnya, di dalam Cinta-Mu dan di dalam Kehendak-Mu. Aku
berdoa kepada-Mu, janganlah ijinkan aku, tidak di dalam kehidupan ataupun di
dalam kematian, untuk keluar dari Kehendak Maha Kudus-Mu. Sementara itu, aku
berniat untuk membuat pemulihan bagi semua yang tidak menyerahkan diri mereka
secara utuh kepada Kehendak Maha Kudus-Mu, sehingga kehilangan atau mengurangi
buah berharga dari penebusan-Mu. Betapa sedih Hati-Mu merasakannya, O Yesus-ku,
melihat begitu banyak mahkluk lari dari pelukan-Mu dan menjadi keras hati! O
Yesus-ku, di saat-saat terakhir ini, panggillah semua jiwa di sekeliling-Mu,
rangkullah mereka pada Hati-Mu, sementara aku keluar dari Hati-Mu dan mencium
luka-luka-Mu dengan cium-ciumku yang terakhir, memohon pengampunan-Mu sekali
lagi, dan berjanji untuk selalu mencintai-Mu di bumi ini dan tak akan pernah
melakukan pelanggaran terhadap-Mu lagi.
Yesus-ku, aku mencium kepala-Mu yang dimahkotai duri. Aku mohon
pengampunan-Mu untuk begitu banyak pikiran akan kesombongan, ambisi dan harga
diri. Aku berjanji pada-Mu kapan pun sebuah pikiran datang padaku yang tidak
berasal daripada-Mu, Yesus-ku – dan aku mendapatkan diri-Ku akan melakukan
pelanggaran terhadap-Mu – aku akan segera berteriak: “Yesus dan Maria,
kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”
O Yesus, aku mencium mata-Mu yang indah yang masih bermandikan
air-mata dan berlumuran darah. Aku mohon pada-Mu untuk mengampuni aku di segala
waktu aku melakukan pelanggaran terhadap Engkau dengan pandangan-pandangan
jahat dan tak sopan. Aku berjanji kapanpun mataku terbawa akan hal-hal bumi
ini, aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”
O Yesus-ku, aku mencium telinga Maha Kudus-Mu, dipekakkan hingga
akhir oleh hinaan dan hujatan-hujatan yang mengerikan. Aku mohon pengampunan
untuk segala waktu dimana aku telah mendengarkan atau telah membuat orang lain
mendengarkan perbincangan yang membuat kami menjauh dari-Mu, dan pada begitu
banyak percakapan jahat yang diperbincangkan para mahkluk. Aku berjanji bahwa
setiap kali aku mendengarkan pembicaraan-pembicaraan tak berguna, aku akan
segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”
O Yesus-ku, aku mencium wajah Maha Kudus-Mu, pucat, memar dan
tertutup dengan darah. Aku mohon Engkau mengampuni ejekan-ejekan yang tak
terbilang banyaknya, penghinaan dan olok-olok yang telah Engkau terima dari
kami, para mahkluk yang jahat, dengan dosa-dosa kami. Aku berjanji, setiap saat
aku tergoda untuk tidak memberikan seluruh kemuliaan, cinta dan penyembahan
pada-Mu, aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku
kepada-Mu!”
O Yesus-ku, aku mencium mulut Maha Kudus-Mu, kering dan kepahitan.
Engkau telah menghembuskan nafas terakhir-Mu dan ketika aku mendekati Engkau,
aku melihat mulut-Mu seluruhnya kering dan kepahitan. Aku mohon pengampunan
untuk segala waktu aku telah melakukan pelanggaran terhadap-Mu dengan pembicaraan-pembicaraan
yang jahat, menambah kepahitan-Mu dan membuat Engkau semakin kehausan. Aku
berjanji bahwa kapanpun pikiran datang padaku untuk mengatakan hal-hal yang
akan melakukan pelanggaran terhadap Engkau, aku akan segera berteriak, “Yesus
dan Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”
O Yesus-ku, aku mencium leher Maha Kudus-Mu. Aku masih melihat
tanda bekas rantai-rantai dan tali yang menekan-Mu. Aku mohon pengampunan-Mu
untuk begitu banyak ikatan dan ketergantungan para mahkluk, yang menambah
tali-tali dan rantai-rantai pada leher Maha Kudus-Mu. Aku berjanji kapan pun
aku merasa terganggu oleh keterikatan, hasrat atau kasih yang tidak berasal
dari-Mu, aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku
kepada-Mu!”
Yesus-ku, aku mencium punggung Maha Kudus-Mu. Ketika Engkau
terpaku pada salib, aku dapat dengan mudah melihat betapa tercabik-cabiknya
Tubuh Maha Kudus-Mu! Betapa dalamnya luka-luka-Mu dan betapa itu menyakitkan
Engkau, diperparah dengan kedinginan! Aku mohon pengampunan-Mu akan begitu
banyak kepuasan gelap dan bagi begitu banyak dosa yang dilakukan oleh lima
panca indera tubuh kami. Aku berjanji kapanpun pikiran datang padaku untuk
mengambil kenikmatan atau kepuasan yang tidak diperuntukkan bagi kemuliaan-Mu,
aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”
Yesus-ku, aku mencium dada Maha Kudus-Mu. Aku mohon ampun pada-Mu
untuk begitu banyak kepuasan gelap dan bagi begitu banyak dosa yang dilakukan
oleh lima panca indera tubuh kami . Aku berjanji kapanpun pikiran datang padaku
untuk mengambil kenikmatan atau kepuasan yang tidak diperuntukkan bagi
kemuliaan-Mu, aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku
kepada-Mu!”
Yesus-ku, aku mencium dada Maha Kudus-Mu. Aku mohon Engkau
mengampuni akan begitu banyaknya hati yang dingin, yang mengabaikan, suam-suam
kuku dan begitu tak berterimakasih yang mengerikan yang Kauterima dari para
mahkluk. Aku berjanji kapanpun aku merasa menjadi dingin terhadap Cinta-Mu aku
akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”
Yesus-ku, aku mencium tangan Maha Kudus-Mu. Keduanya berisi karya
kami dan dengan karya kudus-Mu, Engkau menebus kami dengan kesedihan-kesedihan
yang paling pahit dan menyengsarakan. Aku mohon pengampunan-Mu bagi pekerjaan
jahat dan pengabaian, dan bagi begitu banyak tindakan yang dihancurkan oleh
cinta diri atau harga diri. Aku berjanji kapanpun pikiran datang padaku yang
tidak berkarya hanya untuk Cinta-Mu aku akan segera berteriak, “Yesus dan
Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”
O Yesus-ku, aku mencium kaki-kaki Maha Kudus-Mu. Aku mohon
pengampunan-Mu untuk begitu banyak langkah dan begitu banyak cara yang
dilakukan tanpa niat yang benar, dan bagi begitu banyak yang berpaling dari-Mu,
untuk mencari kenikmatan-kenikmatan bumi. Aku berjanji kapanpun pikiran datang
kepadaku untuk berpaling daripada-Mu aku akan segera berteriak, “Yesus dan
Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”
O Yesus, aku mencium Hati Maha Kudus-Mu, dan saat aku melakukan
itu, aku menyertakan diriku sendiri ke dalam-Nya. Inilah saat-saat terakhir
dari kehidupan-Mu yang fana, dan Engkau ingin mengumpulkan semua jiwa di dalam
tangan-Mu dan membawa serta-Mu. Tetapi, Yesus, saat kusertakan hatiku pada
Hati-Mu, aku melakukannya pertama-tama dan bersama dengan Cinta-Mu, penderitaan
dan kehendak-Mu, aku berniat untuk menyertakannya di dalam Hati-Mu semua jiwa
yang telah Engkau tebus sehingga setiap orang akan diselamatkan, tak ada yang
terkecuali.
O Yesus, tak ada yang ditolak pada saat-saat sekarat seseorang.
Engkau hendak menghembuskan nafas terakhir-Mu, aku mohon pada-Mu rahmat untuk
mengijinkan aku untuk mati bersama-Mu, atau paling tidak anugerahilah Hati-Mu
sebagai ruangku, Darah-Mu sebagai minumanku, seluruhnya Engkau sebagai
makananku – jika tidak bagaimanakah aku dapat hidup tanpa-Mu? O Yesus,
sertakanlah aku di dalam Hati-Mu dan tutuplah pintu-pintu bagiku sehingga aku
tidak melihat apapun juga selain Engkau. Aku berjanji kapanpun aku tergoda
untuk meninggalkan Hati Kudus-Mu aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria,
kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”
RENUNGAN DAN PRAKTEK
Yesus dihabiskan oleh kehausan. Lidahnya kering, dahaga yang
begitu dashyat telah berubah menjadi lidah api. Dan dapatkah aku berkata bahwa
aku telah dihabiskan oleh cinta bagi Yesus? Apakah aku memiliki dahaga yang
membakar untuk Yesus? Apakah pikiran-pikiran dan kasih-ku selalu berusaha untuk
menyegarkan Dia di dalam dahaga-Nya yang dashyat? Atau apakah aku haus untuk
hal-hal materi?
Sering kali kemauan meminta jiwa-jiwa, tetapi pada suatu titik
hasrat mereka berpaling pada yang lainnya, bukan pada hal-hal baik – tetapi
pada hal-hal yang menarik bagi kepentingan diri sendiri. Karena hal ini tidak
sejalan dengan kehendak maka kehendak tertinggal sendirian. Dan, tak sanggup
berjalan seiring dengan hasrat dan kasih, hal itu menenun sebuah jaring
pengaruh di sekitar Yesus yang dengan demikian memaksa Dia untuk membuat
perjanjian dan membiarkan hasrat dari kehendak. Dan ketika jaring ini tidak
utuh, tidak mungkinlah bagi jiwa-jiwa untuk menghadapi Keadilan Ilahi. Agar
mampu untuk menyempurnakan jaring pengaruh-pengaruh ini secara utuh, di atas
segalanya aku akan menaruh diriku di dalam Yesus Kristus, dan kemudian aku akan
menggandakan diriku di setiap tetes Darah-Nya, di setiap kesakitan dan doa-Nya
sehingga keadilan akan mendapatkan topangan yang utuh. Kemudian aku akan
menuangkan diriku ke dalam semua mahkluk, menyentuhkan tetesan-tetesan darah
mereka dengan tetesan-tetesan Darah Yesus, luka-luka di dalam jiwa-jiwa mereka
bersama luka-luka Yesus, untuk menyembuhkan mereka. Aku akan menyentuhkan
kesedihan-kesedihan mereka dengan kesedihan Yesus sehingga mereka akan mendapat
penghiburan. Aku akan menggandakan diriku sendiri pada masing-masing dan setiap
pelanggaran, mempersembahkan sebuah tindakan pemulihan bagi mereka satu per
satu.
Dengan suara-suara Yesus aku akan menangis di dalam setiap hati,
sehingga aku membawa mereka semua kepada-Nya dan menenun diriku ke dalam Yesus
dan ke dalam semua para mahkluk, ikatanku akan utuh. Aku akan menaruhnya di
sekitar Yesus, sehingga Keadilan Ilahi-Nya akan dipenuhi dan dipuaskan secara
utuh. Dan, dengan berani, aku akan menahan keadilan-Nya, dan aku akan minta
keadilan-Nya bagi jiwa-jiwa dan Dia tidak akan sanggup untuk menolak mereka
bagiku, sebab semua keadilan dipenuhi di dalam Yesus. Tuhan menginginkan semua
jiwa diselamatkan, tetapi juga ingin meminta Keadilan untuk dijalankan. Ketika
Keadilan dipenuhi di dalam jiwa-jiwa, ia tidak akan lagi menuntut dan akan
menyelamatkan jiwa-jiwa. Sehingga api menyala saat ada perjanjian terpenuhi di
dalam kita; ketabahan kita di dalam kebaikan merawat api itu dan menjadikan
kita berani bersama Hati Ilahi, memohon apa yang diinginkan-Nya sendiri.
O, kedahagaan akan jiwa-jiwa! Dapatkah aku mengatakan bahwa engkau
adalah takdir hasratku? Jika bukan, berarti aku tidak seutuhnya bersatu
denganmu. Yesus-ku yang sengsara, tuangkanlah kedahagaan-Mu padaku, sehingga
aku akan menjadi lidah api seperti Engkau. Yesus haus dan tak mampu menahan
kehausan yang menghabiskan Dia, Ia berkata, semuanya telah selesai. Kemudian
Yesus secara utuh habis bagi kita. Apakah aku melakukan setiap tindakan di
dalam segala yang kulakukan untuk terus menerus dihabiskan karena Cinta pada
Yesus? Atau aku membiarkan sesuatu merembes keluar dariku yang dapat membuat
frustrasi hubunganku dan Yesus? Setiap pikiran, perkataan dan perbuatan bagi
Yesus menghabiskan Dia. Apakah setiap pikiran, perkataan dan perbuatanku
memecut aku untuk menghabiskan diriku sendiri bagi cinta kepada Yesus? Di dalam
Yesus, segalanya tak terbatas: pandangan-pandangan, kata-kata, penderitaan. Dan
sebagaimana di dalam Yesus, juga di dalam kita segala sesuatu harus tak
terbatas di dalam cinta kepada-Nya.
Setiap tindakan tambahan yang dilakukan Yesus adalah tindakan
menghabiskan Diri yang dipersembahkan kepada Bapa-Nya dan kemudian
diberikan-Nya kepada kita. Dapatkah kita mengatakan bahwa setiap perbuatan kita
adalah perbuatan yang menghabiskan diri bagi Yesus? Kita ingin mengirimkan
penderitaan kita terbang pada Salib Yesus, untuk menemani
penderitaan-penderitaan-Nya, sehingga Ia akan berbagi api-Nya dengan kita. Dan
ketika penderitaan-penderitaan kita menemani Yesus dan disalibkan dengan-Nya,
kita akan berkata pada-Nya: “Yesus, aku ingin mengulangi
perbuatan-perbuatan-Mu, aku ingin penderitaan-penderitaan-ku bertambah nilainya
melalui penderitaan-penderitaan-Mu sendiri, dan aku ingin memenuhi tugas yang
sama yang Kau-lakukan di Salib bagi Bapa-Mu dan bagi semua jiwa.”
Yesus akan sangat bergembira sehingga Ia akan mengubah kesakitan-Nya
menjadi kesakitan kita, akan memberikan kita pengaruh-pengaruh yang sama, dan
bagaikan pemikat yang manis akan menarik hati kita dekat pada Hati-Nya, dan
akan mendapatkan kelegaan dari kesakitan-kesakitan-Nya di dalam
kesakitan-kesakitan kita sehingga ketika aku menderita aku segera mengirimkan
penderitaan-penderitaanku di salib pada Yesus. Dan Ia akan terpesona akan
penderitaanku, mendapatkan bantuan dari penderitaanku. Seringkali, ketika kita
harus melakukan kegiatan inti yang diperlukan, seperti bekerja, beristirahat
atau makan, seolah-olah hal yang masih diinginkan oleh Tuhan Yesus ini dari
kita, terganggu karena kegiatan inti itu. Untuk membenahi hal ini, aku ingin
berkata kepada-Nya: “Lihatlah, O Yesus, saat aku sedang melakukan kegiatan inti
manusia, aku protes karena aku ingin menentangnya untuk hanya melakukan
keinginan-Mu saja, terhabisi seperti Engkau telah terhabiskan, sehingga
membentuk antara Engkau dan aku begitu banyak hubungan yang mengikat. Semoga
nafas yang menghabiskan-Mu bertiup ke dalam keberadaan-Ku dan menghabiskan kita
berdua. Dan saat aku sibuk, aku menaruh keberadaanku pada nyala api-Mu yang
naik, dan bila mereka melihat aku mengganggu tindakan menghabiskan ini antara
Engkau dan aku, semoga nyala-nyala api ini membakar dan menghabiskanku bersama
dengan-Mu.”
Ketika kesakitan memegang kita, saat kita dimurnikan ataupun
sedih, atau khususnya, saat tampaknya kehidupan akan berlalu dari kita –
khususnya pada persimpangan inilah kita harus menyatukan penghabisan diri kita
pada Yesus Kristus. Tapi, apakah kita melakukannya? Atau kita melencengkan
hasrat Tuhan dari kita? Ketika kita menderita, kita harus berpikir bahwa Yesus
memberikan penderitaan kepada kita untuk membentuk penghabisan Diri-Nya di
dalam kita. Sebab Ia ingin memberikan kita bentuk-Nya, dan karena Ia baik, Ia
dengan baik hati menempatkan kesedihan-kesedihan di dalam hati kita. Dan ketika
jiwa kita menerimanya, kita harus berpikir bahwa Yesus yang baik menghabiskan
seluruh keberadaan-Nya untuk membuat Diri-Nya hidup lagi di dalam kita.
Sehingga Yesus menghancurkan seluruh keberadaan kita secara material, untuk
membentuk gambaran-Nya di dalam kita. Di dalam penderitaan yang memberatkan
kita, kita mengambil penghabisan diri yang Ilahi dan membuat hal itu menjadi
milik kita; kita mempersembahkan kepada-Nya hingga tidak ada lagi yang
tertinggal pada kita: tak ada lagi pada kita pikiran-pikiran, kekacauan,
kekhawatiran dan ketidak-teraturan – sebab jika jiwa menjaga kekhawatiran ini,
hal itu menghalangi penghabisan diri yang sejati, membentuk sebuah nyala api
yang terpisah. Setiap kesakitan adalah sebuah nyala api yang menghancurkan, dan
saat menghabiskan keberadaan kita, hal itu membuat kehidupan Ilahi dilahirkan
kembali di dalam kita.
O Yesus, Kehidupanku yang manis, semoga hembusan nafas-Mu selalu
berhembus di dalam hatiku yang malang sehingga aku menerima teladan penghabisan
Diri-Mu.
Di salib, Yesus menyelesaikan Kehendak Bapa di dalam segalanya dan
dengan sebuah tindakan sempurna di dalam berserah kepada Kehendak Maha Kudus-Nya,
Ia menghembuskan nafas terakhir-Nya. Apakah aku menyelesaikan Kehendak Tuhan di
dalam segalanya? Apakah aku berserah seutuhnya kepada Kehendak-Nya,
menyerahkannya ke dalam Tangan-Nya seolah aku ingin membuat kehendak Yesus dan
kehendak Bapa menjadi kehendakku sendiri? Apakah aku membiarkan diriku menjadi
tak peduli jika sesuatu yang baik ataupun yang buruk terjadi padaku? Apakah aku
tetap yakin setia bahwa aku menyerahkan diriku di dalam tangan-Nya yang kudus?
Apakah aku terus menerus mati bagi diriku sendiri demi cinta kepada Yesus?
Dapatkah aku berkata bahwa saat aku hidup, aku tidak lagi hidup, tetapi aku
mati terhadap segalanya demi hidup seutuhnya bagi kepentingan Yesus dan bukan
bagi kepentinganku? Dengan kata lain, melakukan hal-hal yang kupikirkan,
hasrat, cinta dan mengingatkanku akan hidup demi Yesus sehingga di dalam Dia
aku dapat menaruh sampai mati kata-kataku, langkah-langkahku, hasrat-hasratku
dan pikiran-pikiranku?
O Yesus-ku, semoga kematianku akan menjadi sebuah kematian yang
terus-menerus bagi Cinta-Mu, dan semoga setiap kematian yang kualami menjadi
sebuah kehidupan yang ingin kuberikan pada setiap jiwa.
DOA SYUKUR DI SETIAP JAM
Yesus-ku yang terkasih, Engkau telah memanggil
aku pada Jam Sengsara-MU ini untuk menemani-MU – dan aku telah datang.
Tampaknya aku telah mendengarkan, derita dan kesedihan, doa, penebusan dan
sengsara-MU. Dengan suara-suara-MU yang paling mengasihi dan fasih, Engkau
memohon keselamatan bagi jiwa-jiwa. Aku mencoba untuk mengikuti Engkau di dalam
segala hal. Kini, aku berhutang pada-MU perasaan hatiku “Terimakasih” dan “Aku
memberkati-Mu.”
Ya, O Yesus, aku mengulangi “Terimakasih”
ribuan dan ribuan kali. Aku memberkati-Mu untuk semua yang telah Engkau lakukan
dan telah Engkau derita bagiku dan bagi semua orang. Aku berterimakasih dan aku
memberkati-Mu untuk setiap tetes Darah yang Kautumpahkan. Aku berterimakasih
untuk setiap helaan nafas, untuk setiap detak jantung, dan setiap langkah-MU.
Aku berterimakasih untuk setiap kata, pandangan, penderitaan dan amukan yang
telah Engkau alami. Dalam semuanya, O Yesus-ku, aku berharap untuk
memberikan-MU “Terimakasih” dan “aku memberkati-Mu” milik-ku. O Yesusku,
biarlah jiwaku mengirimkan aliran syukur dan berkat bagi-MU yang terus menerus
– untuk menarik bagi kami semua aliran limpah berkat dan rahmat-MU. Aku mohon,
O Yesus, tekanlah aku di Hati-MU, dan dengan tangan-tangan-MU yang kudus
materaikan setiap partikel keberadaanku dengan “Aku memberkatimu” daripada-Mu,
sehingga tidak ada yang lain selain himne terus menerus bagi-MU yang berasal
dariku.”
Dengan demikian aku meninggalkan keberadaanku
di dalam Engkau, untuk mengikuti engkau di dalam setiap apa yang Kau-lakukan;
lebih baik lagi, Engkau akan begitu hidup di dalam aku sehingga aku akan
meninggalkan pikiran-pikiranku di dalam Engkau untuk membela Engkau dari
musuh-musuh-MU, nafas-nafasku sebagai teman setia, detak jantungku untuk
mengingatkan “Aku cinta pada-MU” milikku, dan untuk memberikan pada-MU cinta
dimana orang lain menolak untuk mencintai-MU; aku akan memberikan kepada-MU
tetesan-tetesan darahku untuk menebus dan mengembalikan hormat dan salam yang
disangkal oleh musuh-musuh-MU dengan penghinaan-penghinaan dan
pelanggaran-pelanggaran. Aku akan meninggalkan seluruh keberadaanku sebagai
seorang penjaga.
Cinta-ku tersayang, saat aku harus melakukan
kewajiban-kewajibanku, aku tetap akan tinggal di dalam Hati-MU. Aku takut
meninggalkannya. Tidakkah hal itu benar bahwa Engkau akan menjagaku di sini?
Detak-detak jantung kita akan terus bersentuhan sehingga Engkau akan memberikan
aku kehidupan, cinta dan persatuan yang dekat dan tak terpisahkan bersama-MU.
Yesus, jika Engkau melihat bahwa dari waktu ke
waktu aku akan terpisah daripada-MU, biarlah detak jantung-MU mempercepat detak
jantungku. Biarlah tangan-tangan-MU menekanku lebih dekat pada Hati-MU; biarlah
mata-MU melihat aku dan menyayat aku dengan cahaya api sehingga aku dapat
merasakan kehadiran-MU dan segera kembali ke dalam persatuan dengan-MU.
O Yesus-ku, berjagalah sehingga Aku tidak akan
melelahkan-MU. Aku mohon pada-MU, jagalah aku. O berikanlah aku sebuah cium,
peluklah aku, dan berkatilah aku! Berikanlah tangan-tangan-MU yang maha kudus
sehingga aku dapat melakukan segala sesuatu yang harus kulakukan untuk bersatu
dengan-MU! Yesus-ku, berikanlah aku cium Kasih Ilahi, peluklah aku dan
berkatilah aku; aku akan mencium Hati-MU yang memabukkan dan beristirahat di
dalam Engkau.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.