Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil.

Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil.
Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil. Mazmur 119:164

Bacaan Pilihan: Sabtu, 24/5/2014

Menurut Santo Thomas, penderitaan di api penyucian tidak kalah beratnya dengan pernderitaan di api neraka. Yang membedakannya adalah lamanya penderitaan itu. Santa Katharina dari Genoa mengatakan, “Jiwa-jiwa yang berada pada tingkat penyucian mengalami penyiksaan yang tidak dapat dijelaskan. Demikianpun tidak ada satu ilmu pengetahuan dapat menjelaskannya kecuali jika Allah mewahyukan hal ini lewat suatu rahmat istimewa. Ada dua jenis penderitaan di api penyucian yakni jauh dari Allah dan beratnya penderitaan itu sendiri.

Gereja tidak pernah menyatakan penderitaan model apa yang dialami di api penyucian. Namun dengan hadirnya anggota-anggota gereja yang memiliki rahmat kebajikan luar biasa dan mengalami berbagai penampakan dan kisah-kisah luar biasa, dapat memberikan penjelasan kepada kita mengenai api penyucian. Salah satu bukti adalah kisah Pastor Stanislaus Chascoa, seorang Pastor Dominikan. Pada suatu hari ketika Pastor Stanislaus sementara berdoa bagi jiwa orang-orang yang meninggal dunia, tiba-tiba ia melihat jiwa yang terbalut nyala api dan saya bertanya apakah nyala api itu lebih panas dari api yang ada di atas muka bumi? Waduh, jawab jiwa dari api penyucian itu, “Api dimuka bumi tidak sebanding dengan api penyucian karena api dimuka bumi bagaikan udara yang segar.” Mana mungkin kata pastor itu. Jika kamu tidak percaya sekarang ulurkan tanganmu dan rabalah. Pastor menaruh tangannya dan seketika itu juga berteriak kesakitan dan pingsan. Sesama pastornya lari menemukan dia dan memberi bantuan semaksimalnya. Ketika pastor kembali sadar, ia menceritakan penglihatan dan pengalaman yang sangat mengerikan dan berkata, “O, saudara-saudaraku jika saja tiap orang tahu betapa dahsyatnya siksaan di api penyucian, maka kita tidak pernah berdosa lagi. Marilah kita membuat silih di atas bumi agar tidak perlu lagi membayarnya di hidup yang akan datang, karena penderitaan di api penyucian sungguh sangat dahsyat. Mari kita memerangi dan mengoreksi segala kesalahan kita dan marilah kita menyadari segala kekeliruan dan kelemahan kita karena Sang Hakim Ilahi mencatat segala perbuatan kita. Allah sangat kudus oleh sebab itu tidak ada satu kesalahn kecil yang tidak dilihatNya.”

Bruder Modetino dari Pietrelcina tinggal bersama Padre Pio beberapa tahun lamanya, maka ia menjadi pengikutnya yang setia. Ia pernah menceritakan cerita berikut, “Pada tahun 1945, ketika saya berada di Pietrelcino untuk membantu Padre Pio, saya juga ingin belajar dari kebijaksanaannya dan menyimpan segala sesuatu dalam hati demi kepentingan hidup rohaniku. Suatu malam ketika berdoa di depan Sakramen Mahakudus, Padre Pio berjalan keluar dari tempat koor menuju kamarnya. Saya berjalan bersama dia di lorong menuju kamarnya. Tiba-tiba saya bertanya kepadanya, “Apa pendapatmu tentang api penyucian?” Jawabnya, “Jika Tuhan mengizinkan jiwa seseorang untuk beralih dari api di dunia ini dan melewati api yang berkobar-kobar maka ia bagaikan berlalu dari air panas ke air dingin.” Inilah kata-kata Padre Pio kepadaku.

Pada suatu kesempatan lain lagi, C. Berulli dari Cerignola bertanya kepadanya, “Padre Pio tolong ceritakan kepada saya tentang api penyucian.” Ia menjawab, “Putriku, jiwa-jiwa di api penyucian ingin sekali menerjunkan diri ke dalam api di dunia ini karena api di dunia ini bagaikan sumur air dingin.”

Memang kita jarang berpikir tentang api penyucian. Jika kita lebih banyak merenungkan tentang api penyucian makan kita akan mengelak dari kelemahan dan dosa-dosa kecil yang sering kali tidak kita peduli dan kita akan lebih banyak berdoa bagi jiwa-jiwa malang selagi hidup di dunia.

DOA PENUTUP
Allah yang kekal dan kuasa, dalam sakramen pembaptisan Engkau telah menganugerahkan hidup surgawi kepada kami, sehingga maut tidak menguasai kami lagi. Bimbinglah kami, supaya dapat mencapai kemuliaan sepenuh-penuhnya. Demi Yesus Kristus, PuteraMu dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin

P: Marilah memuji Tuhan
U: Syukur kepada Allah

=======
Sumber Buku:
JIWA-JIWA ORANG KUDUS – Edisi Padre Pio dari Pietrelcina (hal. 34-36)
Penulis: Frate Alession Parente OFM Cap

Bacaan Pilihan
Bacaan yang disediakan oleh team Brevir Harian, BUKAN bacaan wajib dari rekomendasi siapapun. Dimaksudkan, jika pendaras Brevir sedang melakukan Ibadat Bacaan dan tidak memiliki bahan bacaan pilihan, maka Bacaan Pilihan yang kami sediakan dapat menjadi alternatif pengganti.

=======

Dan TUHAN pun menunggumu dengan rindu di dalam:
- Misa Kudus harian
- Kunjunganmu ke Tabernakel gereja (Sakramen Maha Kudus) berbincang-bincanglah denganNYA.
- Pengakuan Dosa dengan hati yang bertobat dan selalu ingin memperbaiki diri
Ingatlah berdoa:
- Koronka
- Rosario
Lakukanlah Puasa pribadi, bacalah Kitab Suci walau hanya satu perikop.
Amalkanlah cinta kasih pada sesama dengan ketulusan dan kerendahan hati.

"...kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan."
Ibrani 12: 14


Anda punya testimoni tentang pengaruh membaca Brevir di dalam hidup anda?
Kirimkan testimoni anda untuk kemuliaan Tuhan di Surga, ke e-mail: novena_tiga_salam_maria@yahoo.com


No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.