Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil.

Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil.
Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil. Mazmur 119:164

Bacaan Alternatif & Devosi: 21.00 – 22.00


Bacaan Alternatif & Devosi: 21.00 – 22.00
JAM PERTAMA - PENDERITAAN DI TAMAN GETSEMANI (+ 24 menit)

--------
Alternatif Bacaan Harian, sambil berdoa dan berdevosi yang sangat menyenangkan Hati Yesus.
… " Jam-jam ini adalah yang paling berharga dari semuanya, karena itu semua tidak lebih dari pengulangan dari apa yang Aku lakukan dalam perjalanan hidup fana-Ku, dan apa yang terus Ku-lakukan dalam Sakramen Mahakudus. Ketika Aku mendengar Jam-jam Sengsara-Ku ini, Aku mendengar suara-Ku sendiri, doa-doa-Ku sendiri. Dalam jiwa itu Aku melihat Kehendak-Ku - yaitu menginginkan kebaikan bagi semua dan untuk memperbaiki semua - dan Aku merasa tertarik untuk tinggal di dalam dirinya, untuk dapat melakukan apa yang dia sendiri lakukan di dalam dirinya. Oh, betapa Aku akan mencintai bahkan satu jiwa pun untuk setiap kota melakukan Jam Jam Kesukaanku ini! Aku akan mendengar Diri-Ku di setiap kota, dan Keadilan-Ku, murka selama waktu ini, akan ditenangkan sebagian. "
- Lompati membaca bagian ini jika anda telah pernah membacanya, langsunglah masuk ke Doa Persiapan Awal.
--------

DOA PERSIAPAN AWAL

O Tuhan Yesus Kristus-ku, tersungkur di hadirat Ilahi-MU, aku memohon pada Hati-MU yang sungguh mengasihi untuk mengijinkan aku untuk masuk ke dalam renungan sedih akan 24 jam Sengsara-MU, dimana, demi cinta kepada kami Engkau mau menderita sedemikian besarnya yang dialami oleh Tubuh-MU yang layak di sembah itu dan dialami oleh Jiwa-MU yang Maha Kudus, bahkan sampai kematian di salib. O berikanlah aku pertolongan, rahmat, cinta, hasrat yang sungguh-sungguh dan pengertian akan sengsara-sengsara-MU saat aku melakukan renungan Jam ini.

Untuk jam-jam dimana aku tidak dapat merenungkannya, aku mempersembahkan pada-MU niat yang kumiliki untuk merenungkan peristiwa-peristiwa tersebut; dan aku mohon untuk merenungkan peristiwa-peristiwa tersebut dengan niatku selama jam-jam dimana aku harus mendedikasikan diriku untuk tugas-tugasku atau untuk tidur.

Terimalah, O Tuhan yang penuh belas kasih, niat cintaku ini, dan biarlah bermanfaat bagiku dan bagi semua, sebagaimana aku dengan cara yang efektif dan cara yang kudus mencapai apa yang ingin kulakukan.

Aku bersyukur kepada-MU, O Yesus-ku. Aku berterimakasih pada-MU karena Engkau telah memanggil aku untuk bersatu dengan Engkau di dalam doa. Untuk menyenangkan-MU, aku mengambil Pikiran-pikiran-MU, Lidah-MU dan Hati-MU. Aku ingin berdoa dengan semuanya itu. Aku ingin menggabungkan diriku di dalam kehendak-MU dan di dalam Cinta-MU. Aku merentangkan tangan-tanganku untuk memeluk Engkau, aku meletakkan kepalaku di Hati-MU – dan aku memulai…

Tiga jam Menderita di Taman Getsemani

DOA PEMBUKAAN
O Penebus Ilahi-ku, Yesus, kumohon bawalah aku bersama-MU, bersama tiga rasul terkasih-MU, untuk membantu-MU saat Engkau menderita di Taman Zaitun. Diingatkan oleh teguran manis yang Engkau berikan kepada Petrus dan dua murid lainnya yang tertidur, aku ingin tetap terjaga setidaknya satu jam dengan Engkau di Getsemani; aku ingin merasakan setidaknya satu kesakitan yang tajam di Hati-MU yang menderita, satu susah payah desahan nafas-MU.

Aku ingin mengarahkan pandanganku pada Wajah Ilahi-MU dan merenungkan bagaimana Wajah-MU menjadi pucat, bagaimana Wajah-MU tersusahkan, bagaimana Wajah-MU tertindas oleh kesedihan, bagaimana Engkau membungkuk rendah, bahkan sampai ke debu! Wahai penderitaan Yesus-ku, aku sudah melihat-MU terhuyung dan jatuh, sekarang ke kiri dan sekarang ke kanan. Aku melihat Engkau memautkan tangan-MU yang mengasihi dan terlumpuhkan. Aku mulai mendengar rintihan-MU, tangisan rasa sakit-MU yang tidak bisa dimengerti yang Engkau angkat ke surga. Ya, Yesus, yang menderita di Taman Getsemani yang suram, pada saat ini aku akan menemanimu, membuat percikan, aliran darah yang patut disembah mengalir padaku, yang mengalir dari semua anggotamu yang patut disembah.

O mandi yang paling berharga dari kebaikan terbesar yang kumiliki, Yesus, yang sangat menderita bagiku, biarkan aku meminum Engkau sampai tetes terakhir, dan bersama-MU, meminum setidaknya satu teguk piala pahit Kekasihku. Biarkan aku merasakan di dalam diriku rasa sakit Hati-NYA yang ilahi. Sungguh, biarkan aku merasakan hatiku hancur oleh kesedihan karena telah menyinggung perasaan Tuhanku, yang merendahkan Diri-NYA hingga pada sengsara kematian bagiku.

Ya, Yesus-ku, berikanlah aku rahmat, tolonglah aku untuk menderita, mengeluh dan menangis bersama-MU, paling tidak sedikit saja pada satu jam di dalam Taman Zaitun. O Bunda yang berduka, Maria, buatlah aku merasakan kesedihan hatimu yang tersayat bagi Yesus yang menderita di Getsemani.
-----

JAM PERTAMA - PENDERITAAN DI GETSEMANI

Yesusku yang menderita, aku merasa ditarik ke dalam taman ini bagai oleh arus listrik. Aku mengerti bahwa Engkau, magnet kuat hatiku yang terluka, memanggil aku. Dan aku berlari, seraya berpikir: Apakah daya tarik-daya tarik cinta yang kurasakan dalam diriku ini? Oh, mungkin Yesusku yang teraniaya itu berada di dalam keadaan yang sedemikian pahitnya sehingga Ia merasa perlu kutemani. Dan aku terbang ke sana. Tetapi tak dapat kupercaya. Aku ketakutan saat memasuki taman ini.

Kegelapan malam, dashyatnya udara dingin, lambaian pelan daun-daun – bagaikan suara-suara berduka – mengumumkan kesakitan-kesakitan, kesedihan dan kematian akan Yesusku yang penuh kedukaan. Sayup kerlipan bintang-bintang – yang seperti mata menangis, melihat sungguh-sungguh dan menggemakan airmata Yesus – menegurku akan ketidak-bersyukuranku. Aku gemetar; meraba-raba, mencari Engkau, aku memanggil Engkau: “Yesus, dimanakah Engkau? Engkau memanggil aku tetapi tidak menunjukkan DiriMu? Engkau memanggil aku, dan kemudian bersembunyi?” Semuanya mencekam dan menakutkan, dan berada di dalam diam yang dalam. Namun telingaku mencoba mendengar sungguh-sungguh, aku mendengar satu nafas berat: Yesus sendirilah yang kudapatkan.

Namun celaka, betapa perubahan yang buruk! Tidak lagi sebagai Yesus yang lembut di dalam Perjamuan Makan Ekaristis, yang Wajah-Nya memancarkan gemerlap dan keindahan yang memikat. Tapi kini menyedihkan, dengan kesedihan kefanaan yang menghancurkan keindahan alami-Nya. Ia telah menderita, dan aku merasa buruk memikirkan bahwa aku mungkin tak akan dapat lagi mendengarkan suara-Nya, sebab ia tampak sedang sekarat. Jadi aku merangkul Kaki-Nya. Aku semakin nekat dan aku merangkul Tangan-Nya dan meletakkan tanganku pada dahi-Nya untuk menopang-Nya. Kemudian berbisik, aku memanggil-Nya: “Yesus, Yesus.”

Terguncang oleh suaraku, Ia melihat aku dan berkata:

 “Anak-Ku, apakah kau berada di sini? Aku sedang menunggumu, sebab ini adalah kesedihan yang paling menekan Aku: benar-benar ditinggalkan oleh semua orang. Aku sedang menunggumu untuk melihat kesakitan-kesakitan-Ku dan untuk bersamamu minum bersama dari piala kepahitan yang segera dikirim oleh Bapa Surgawi-Ku melalui seorang malaikat. Kita akan menyeruputnya bersama, sebab itu bukanlah piala yang menyenangkan tetapi piala yang penuh kepahitan, dan Aku merasa memerlukan beberapa jiwa yang mencintai yang mau minum paling tidak beberapa tegukan. Itulah sebabnya Aku memanggil engkau: untuk menerimanya, untuk berbagi kesakitan-Ku, dan agar Aku yakin bahwa engkau tidak akan meninggalkan Aku yang telah sungguh-sungguh ditinggalkan ini.”

Ya, Yesusku yang resah, kita akan minum piala kepahitan-Mu bersama, kita akan merasakan derita kesakitan-Mu [bersama], dan aku tidak akan pernah pergi dari sisi-Mu.

Jadi, diyakinkan olehku, Yesus yang bersedih memasuki sengsara manusiawi-Nya, dan menderita kesakitan yang tak pernah terdengar, kesakitan yang tak pernah terlihat sebelumya. Tak mampu menanggungnya, dan ingin bersimpati dengan-Nya dan menghibur-Nya, aku berkata pada-Nya:

 “Katakanlah padaku, mengapa Engkau begitu sedih, menderita, dan sendirian di taman ini dan pada malam ini? Ini adalah malam terakhir kehidupan-Mu di dunia; hanya tinggal beberapa jam lagi sebelum Sengsara-Mu dimulai. Kupikir aku paling tidak dapat menemukan Bunda Surgawi-Mu, juga Maria Magdalena terkasih, dan para rasul yang setia di sini. Tapi aku malahan menemukan-Mu seorang diri saja, dan terbebani oleh sebuah kesedihan yang memberikan-Mu kematian yang kejam, tanpa membuat-Mu mati. O Kebaikanku dan segalanya bagiku, tidakkah Engkau mau menjawab aku? Berbicaralah padaku!”

Tapi tampaknya Kau tidak dapat bicara, tertekan oleh kesedihan yang demikian besar. Tetapi, O Yesusku, pandangan mata-Mu, penuh cahaya, ya, namun tersiksa dan mencari, seolah mencari bantuan; Wajah-Mu yang pucat,  bibir-Mu kering karena cinta, kemanusiaan-Mu yang Ilahi, gemetar dari kepala hingga kaki, Hati-Mu berdegup sedemikian kencang – dan detak-detak jantung-Mu itu mencari jiwa-jiwa dan menyebabkan Engkau berusaha sangat keras, sehingga kapan saja, itu bisa menjadi nafas-Mu yang terakhir – segala sesuatunya mengatakan padaku bahwa Engkau sendirian, dan itulah sebabnya Engkau ingin kutemani.

Di sinilah aku, O Yesus, bersama dengan-Mu. Tapi aku tidak tega melihat Engkau tersungkur ke tanah. Aku meraih Tangan-tangan-Mu, kutekankan ke hatiku. Satu per satu aku ingin menghitung rasa sakit-Mu; dan satu per satu, dosa yang dibawakan mereka di hadapan-Mu. Aku ingin memberikan kelegaan pada-Mu dalam segalanya, pemulihan bagi segalanya, dan paling tidak belas kasih bagi segalanya.

O Yesusku, saat aku memegang Tangan-tangan-Mu, penderitaan-Mu bertambah. O Hidup-ku, aku merasakan api mengalir di nadi-nadi-Mu; aku merasakan Darah-Mu mendidih, dan ingin meledakkan nadi-nadi-Mu dan habis. Katakan padaku, Cinta-Ku, apakah itu? Aku tidak melihat cambukan, juga tidak duri, tidak juga paku ataupun sebuah salib. Namun ketika kuletakkan kepalaku di Hati-Mu, aku merasakan duri-duri kejam merobeknya. Aku merasakan kejamnya cambukan-cambukan yang tidak menaruh belas kasihan pada Kemanusiaan-Mu yang kudus, tidak di dalam ataupun di luar. Aku melihat Tangan-tangan-Mu berkontraksi dan terpelintir, lebih buruk daripada dipaku. Katakan padaku, Kebaikanku yang manis, siapa yang memiliki kekuatan demikian, juga di dalam Diri-Mu, untuk menyiksa-Mu dan membuat-Mu menderita sebagaimana banyaknya kematian demikianlah banyaknya penyiksaan yang diberikan pada-Mu?

Oh, tampaknya Yesus mulia itu membuka bibir-bibir-Nya, pingsan dan sekarat, dan berkata padaku:

 “Anak-Ku, kau ingin mengetahui apa yang lebih menyiksa Aku daripada para algojo? Bahkan, mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan ini! Itulah Cinta abadi, yang menginginkan keunggulan di dalam segalanya, atas-Ku dan di dalam-Ku. Cinta adalah paku bagi-Ku, Cinta adalah pukulan, Cinta adalah duri-duri mahkota duri – Cinta adalah segalanya bagi-Ku. Cinta adalah hasrat-Ku selamanya, selama manusia berada di dalam waktu. Ah, anak-Ku, masuklah ke dalam Hati-Ku, datang dan meleburlah di dalam Cinta-Ku, dan hanya di dalam Cinta-Kulah engkau akan memahami betapa menderitanya Aku dan betapa Aku mencintai Engkau, dan engkau akan belajar untuk mencintai Aku dan untuk menderita hanya karena cinta.”

O Yesusku, sejak Engkau memanggil aku ke dalam Hati-Mu untuk menunjukkan padaku cinta apa yang membuat-Mu menderita, aku memasuki-Nya. Namun ketika aku memasuki-Nya, aku melihat tanda-tanda cinta yang memahkotai kepala-Mu, bukan dengan bahan duri-duri, tetapi dengan duri-duri api; yang mencambuk-Mu, tidak dengan pecutan tali, tetapi dengan pecutan api; yang menyalibkan Engkau dengan paku-paku, yang bukan terbuat dari besi, tapi terbuat dari api. Semuanya adalah api yang  terserap ke dalam tulang-tulang-Mu dan masuk sampai ke dalam sumsum; dan memurnikan semua Kemanusiaan-Mu yang Maha Kudus ke dalam api, itu memberikan-Mu kesakitan abadi, sudah barang tentu lebih besar dari Sengsara-Mu, dan mempersiapkan sebuah permandian cinta bagi semua jiwa yang ingin dibersihkan dari noda dan memperoleh hak sebagai anak-anak Cinta.

O Cinta tanpa akhir, aku merasa begitu beratnya di hadapan Cinta yang begitu besarnya. Aku melihat bahwa untuk memasuki Cinta dan mengerti hal itu, seluruhnya haruslah Cinta. O Yesusku, aku bukanlah itu! Namun karena Engkau ingin kutemani dan ingin agar aku masuk ke dalam-Mu, aku berdoa pada-Mu mohon jadikanlah aku seluruhnya Cinta. Jadi, aku mohon kepada-Mu untuk memahkotai kepalaku dan setiap pikiranku dengan mahkota Cinta. Aku mohon kepada-Mu, O Yesus, untuk mencambuk aku dengan cambukan Cinta. Biarlah jiwaku, tubuhku, kekuatanku, perasaanku, hasratku, cintaku, di dalam sebuah kata, segalanya, didera dan dimateraikan oleh cinta. O cinta tanpa akhir, jangan biarkan ada di dalamku yang tidak menerima kehidupannya dari cinta.

O Yesus, pusat segala cinta, aku mohon kepadamu untuk memaku tangan dan kakiku dengan paku cinta, sehingga seluruhnya dipaku oleh cinta, aku dapat menjadi cinta, mengerti cinta, berpakaian cinta, memberi makan diriku dengan cinta. Semoga cinta seluruhnya menjagaku tetap terpaku di dalam Engkau, sehingga tidak ada di dalam ataupun di luarku yang lancang untuk menarikku dan menggangguku dari cinta, O Yesus!


RENUNGAN DAN PRAKTEK

Ditinggalkan oleh Bapa yang Kekal pada saat ini, Yesus Kristus menderita dalam nyala api cinta yang berkobar-kobar hingga Ia dapat menghancurkan semua doa, malah hal itu mungkin dan dapat dibayangkan. Ia dapat menyalakan dengan semua Kasih-Nya bagi semua jutaan dan jutaan mahkhluk di dunia, dan di Neraka terhukum, jika mereka tidak selamanya terpaku pada kejahatan mereka.

Marilah masuk ke dalam Yesus, dan setelah menyatu di dalam bagian terdalam dari seluruh ruang, ke dalam detak jantung api, ke dalam pikiran-Nya (dimana hal itu bagai kobaran nyala api), marilah membawa cinta ini dan kita memakaikannya dari dalam dan luar, dengan nyala yang dikobarkan oleh Yesus. Kemudian, keluar daripada-Nya, dan menuangkan diri kita di dalam Kehendak-Nya, kita akan mendapatkan semua mahkluk. Marilah kita berikan cinta Yesus kepada setiap mahkluk dan menyentuh kembali hati mereka dan pikiran mereka dengan cinta ini, marilah kita mencoba untuk mengubah mereka semua ke dalam cinta. Kemudian, dengan hasrat-hasrat, detak-detak jantung dan pikiran-pikiran akan Yesus, marilah kita membentuk Dia di dalam setiap hati mahkluk.

Setelah ini, kita akan membawa semua mahkluk kepada-Nya dengan Yesus yang berada di hati mereka dan kita akan menempatkan mereka di sekitar-Nya, sambil berkata: “Yesus, kami membawa semua mahkluk dengan Yesus di dalam setiap hati mereka, untuk memberikan-Mu penghiburan dan kelegaan. Kami tidak mempunyai cara lain untuk memberikan-Mu kelegaan selain daripada membawa semua mahkluk ke dalam Hati-Mu!” Dengan ini, kita akan memberikan kelegaan yang sejati kepada Yesus, karena kobaran api yang membakar-Nya begitu banyak, sehingga ia terus menerus mengulangi, “Aku terbakar, dan tidak ada seorang pun yang mengambil Cinta-Ku. Ku mohon, berikanlah Aku kelegaan: ambillah Cinta-Ku dan berikanlah Aku cinta!” Untuk menghibur Yesus dalam segalanya, kita harus kembali kepada diri kita dan menjalankan renungan-renungan ini bagi diri kita sendiri.

Dalam segala hal yang kita lakukan, dapatkah dikatakan bahwa ada aliran cinta yang terus menerus antara Tuhan dan diri kita sendiri? Hidup kita adalah aliran cinta yang terus-menerus yang kita terima dari Tuhan: jika kita berpikir, itulah aliran Cinta; jika kita bekerja, itulah aliran cinta; kata adalah cinta; detak jantung adalah cinta. Kita menerima segalanya dari Tuhan. Namun apakah semua perbuatan kita menuju Tuhan bersama cinta? Apakah Yesus mendapatkan kita di dalam lantunan manis Cinta-Nya yang mengalir pada-Nya, sehingga terpesona dengan lantunan ini Ia akan melimpahkan kita dengan limpah Cinta bagi kita secara lebih lagi?

Jika di dalam segala yang telah kita lakukan kita tidak berniat untuk berlari bersama di dalam Cinta Yesus, marilah diri kita masuk dan minta pengampunan-Nya yang telah menyebabkan Dia kehilangan lantunan manis Cinta-Nya terhadap kita.

Apakah kita membiarkan diri kita sendiri menjadi model tangan ilahi, seperti kemanusiaan Yesus Kristus? Dengan pengecualian akan dosa, kita harus menerima segala sesuatu yang terjadi di dalam kita sebagai pekerjaan Ilahi. Jika tidak, kita menyangkal kemuliaan Bapa, kita membiarkan kehidupan Ilahi berlalu daripada kita, dan kita kehilangan kekudusan. Segala sesuatu yang kita rasakan di dalam diri kita – inspirasi, hinaan, rahmat – tidak lain adalah karya cinta. Apakah kita mengambilnya di dalam cara yang Tuhan ingin kita lakukan? Apakah kita membiarkan Yesus bekerja dengan leluasa di dalam kita? Atau, dengan mengambil semuanya di dalam perasaan manusia dan pengabaian akan hal-hal, apakah kita menolak perbuatan Ilahi dan memaksa Yesus menyalibkan lengan-lengan-Nya? Apakah kita meninggalkan diri kita di dalam lengan-lengan-Nya seolah kita adalah mati, untuk menerima semua pukulan yang Tuhan pakai untuk pengudusan kita?

Cinta-ku dan segala-ku, biarlah Cinta-Mu membanjiri aku di semua sisi dan membakar segala sesuatu di dalam aku yang bukan milik-Mu. Dan buatlah cintaku selalu mengalir menuju Engkau untuk membakar segala sesuatu yang menyedihkan Hati-Mu.


DOA SYUKUR
Di akhir setiap doa Penderitaan di Taman

O Tuhanku yang termanis, aku berterimakasih kepada-MU karena telah senang menjadikan aku teman-MU setidaknya selama satu jam selama penderitaan-MU yang luar biasa di taman. Oh, Yesus yang baik, betapa sedikit kenyamanan yang Engkau temukan dalamku. Namun, cinta-MU yang tak terbatas dan kasih amal yang melimpah membuat Engkau merasa lega bahkan dengan sedikit kasih sayang yang ditunjukkan makhluk ciptaan-MU itu kepada-MU. Aku tidak akan pernah melupakan pemandangan akan Engkau yang patut disembah; gemetar, terhantam, hancur, dipermalukan dalam debu, dan semua ditutupi dengan keringat darah-MU, dalam kengerian gelap Getsemani! O Yesus, aku telah mengalami hal itu untuk menyertai Engkau dalam penderitaan-MU, merasakan seteguk kesusahan Hati Ilahi-MU yang menyedihkan adalah keberuntungan terbesar yang bisa dimiliki seseorang di bumi.

O Yesus, aku dengan sukacita menanggalkan segala kesia-siaan dan keduniawian. Aku hanya menginginkan Engkau, Tuhanku yang tertindas, sengsara, menderita. Dari taman ini, ke Kalvari, aku selalu ingin menjadi teman setia dan teman manis-MU.

O Yesus, jadikanlah aku tertawan bersama-MU, dan terseret ke pengadilan bersama-MU. Biarkan aku berbagi dalam aniaya, penghinaan, ludahan dan tamparan musuh-MU untuk menutupi Engkau. Bawa aku dari Pilatus ke Herodes dan kembali ke Pilatus lagi. Ikatkan aku di tiang bersama-MU, dan biarkan aku merasakan bagian dari cambukan-MU. Yesus, tusuklah aku dengan beberapa duri-MU. Biarkan aku dijatuhi hukuman mati dengan penyaliban bersama-MU: Engkau, sebagai korban cinta bagiku, dan aku sebagai korban penebusan akan dosa-dosa-ku.

Berikanlah aku bagian dari orang Kirene, untuk mengikuti Engkau ke Kalvari; dan di sana, biarlah aku dipaku pada Salib bersama-MU, dan kemudian menderita dan wafat bersama Engkau.

O Bunda yang berduka, engkau telah menolong aku bersimpati dengan penderitaan Yesus di taman. Tolonglah aku sekarang untuk disalib bersamamu pada salib yang sama, salib Yesus, dan untuk mengetahui bagaimana mempersembahkan kepada-NYA perbaikan-perbaikan yang sangat berarti dengan jasa-jasa yang sama akan sengsara dan kematian-NYA di salib. Amin.


DOA SYUKUR DI SETIAP JAM

Yesus-ku yang terkasih, Engkau telah memanggil aku pada Jam Sengsara-MU ini untuk menemani-MU – dan aku telah datang. Tampaknya aku telah mendengarkan, derita dan kesedihan, doa, penebusan dan sengsara-MU. Dengan suara-suara-MU yang paling mengasihi dan fasih, Engkau memohon keselamatan bagi jiwa-jiwa. Aku mencoba untuk mengikuti Engkau di dalam segala hal. Kini, aku berhutang pada-MU perasaan hatiku “Terimakasih” dan “Aku memberkati-Mu.”

Ya, O Yesus, aku mengulangi “Terimakasih” ribuan dan ribuan kali. Aku memberkati-Mu untuk semua yang telah Engkau lakukan dan telah Engkau derita bagiku dan bagi semua orang. Aku berterimakasih dan aku memberkati-Mu untuk setiap tetes Darah yang Kautumpahkan. Aku berterimakasih untuk setiap helaan nafas, untuk setiap detak jantung, dan setiap langkah-MU. Aku berterimakasih untuk setiap kata, pandangan, penderitaan dan amukan yang telah Engkau alami. Dalam semuanya, O Yesus-ku, aku berharap untuk memberikan-MU “Terimakasih” dan “aku memberkati-Mu” milik-ku. O Yesusku, biarlah jiwaku mengirimkan aliran syukur dan berkat bagi-MU yang terus menerus – untuk menarik bagi kami semua aliran limpah berkat dan rahmat-MU. Aku mohon, O Yesus, tekanlah aku di Hati-MU, dan dengan tangan-tangan-MU yang kudus materaikan setiap partikel keberadaanku dengan “Aku memberkatimu” daripada-Mu, sehingga tidak ada yang lain selain himne terus menerus bagi-MU yang berasal dariku.”

Dengan demikian aku meninggalkan keberadaanku di dalam Engkau, untuk mengikuti engkau di dalam setiap apa yang Kau-lakukan; lebih baik lagi, Engkau akan begitu hidup di dalam aku sehingga aku akan meninggalkan pikiran-pikiranku di dalam Engkau untuk membela Engkau dari musuh-musuh-MU, nafas-nafasku sebagai teman setia, detak jantungku untuk mengingatkan “Aku cinta pada-MU” milikku, dan untuk memberikan pada-MU cinta dimana orang lain menolak untuk mencintai-MU; aku akan memberikan kepada-MU tetesan-tetesan darahku untuk menebus dan mengembalikan hormat dan salam yang disangkal oleh musuh-musuh-MU dengan penghinaan-penghinaan dan pelanggaran-pelanggaran. Aku akan meninggalkan seluruh keberadaanku sebagai seorang penjaga.

Cinta-ku tersayang, saat aku harus melakukan kewajiban-kewajibanku, aku tetap akan tinggal di dalam Hati-MU. Aku takut meninggalkannya. Tidakkah hal itu benar bahwa Engkau akan menjagaku di sini? Detak-detak jantung kita akan terus bersentuhan sehingga Engkau akan memberikan aku kehidupan, cinta dan persatuan yang dekat dan tak terpisahkan bersama-MU.

Yesus, jika Engkau melihat bahwa dari waktu ke waktu aku akan terpisah daripada-MU, biarlah detak jantung-MU mempercepat detak jantungku. Biarlah tangan-tangan-MU menekanku lebih dekat pada Hati-MU; biarlah mata-MU melihat aku dan menyayat aku dengan cahaya api sehingga aku dapat merasakan kehadiran-MU dan segera kembali ke dalam persatuan dengan-MU.

O Yesus-ku, berjagalah sehingga Aku tidak akan melelahkan-MU. Aku mohon pada-MU, jagalah aku. O berikanlah aku sebuah cium, peluklah aku, dan berkatilah aku! Berikanlah tangan-tangan-MU yang maha kudus sehingga aku dapat melakukan segala sesuatu yang harus kulakukan untuk bersatu dengan-MU! Yesus-ku, berikanlah aku cium Kasih Ilahi, peluklah aku dan berkatilah aku; aku akan mencium Hati-MU yang memabukkan dan beristirahat di dalam Engkau.


No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.