Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil.

Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil.
Tujuh kali dalam sehari aku memuji-muji Engkau, karena hukum-hukum-Mu yang adil. Mazmur 119:164

Bacaan Pilihan - JAM HIDUP - Jam Sengsara: 14.00 – 15.00




14.00 – 15.00
JAM KETIGA - SENGSARA DI SALIB - KATA-KATA KE-LIMA, KE-ENAM DAN KE-TUJUH

DOA PERSIAPAN AWAL

O Tuhan Yesus Kristus-ku, tersungkur di hadirat Ilahi-MU, aku memohon pada Hati-MU yang sungguh mengasihi untuk mengijinkan aku untuk masuk ke dalam renungan sedih akan 24 jam Sengsara-MU, dimana, demi cinta kepada kami Engkau mau menderita sedemikian besarnya yang dialami oleh Tubuh-MU yang layak di sembah itu dan dialami oleh Jiwa-MU yang Maha Kudus, bahkan sampai kematian di salib. O berikanlah aku pertolongan, rahmat, cinta, hasrat yang sungguh-sungguh dan pengertian akan sengsara-sengsara-MU saat aku melakukan renungan Jam ini.

Untuk jam-jam dimana aku tidak dapat merenungkannya, aku mempersembahkan pada-MU niat yang kumiliki untuk merenungkan peristiwa-peristiwa tersebut; dan aku mohon untuk merenungkan peristiwa-peristiwa tersebut dengan niatku selama jam-jam dimana aku harus mendedikasikan diriku untuk tugas-tugasku atau untuk tidur.

Terimalah, O Tuhan yang penuh belas kasih, niat cintaku ini, dan biarlah bermanfaat bagiku dan bagi semua, sebagaimana aku dengan cara yang efektif dan cara yang kudus mencapai apa yang ingin kulakukan.

Aku bersyukur kepada-MU, O Yesus-ku. Aku berterimakasih pada-MU karena Engkau telah memanggil aku untuk bersatu dengan Engkau di dalam doa. Untuk menyenangkan-MU, aku mengambil Pikiran-pikiran-MU, Lidah-MU dan Hati-MU. Aku ingin berdoa dengan semuanya itu. Aku ingin menggabungkan diriku di dalam kehendak-MU dan di dalam Cinta-MU. Aku merentangkan tangan-tanganku untuk memeluk Engkau, aku meletakkan kepalaku di Hati-MU – dan aku memulai…


JAM KETIGA - SENGSARA DI SALIB - KATA-KATA KE-LIMA, KE-ENAM DAN KE-TUJUH

Kata-kata ke-lima:
«Aku haus! »
Yesus-ku yang tersalib, sedang sekarat, merangkul salib, aku merasakan api yang menyala di seluruh Pribadi Maha Kudus-Mu. Jantung-Mu berdegub keras mendorong rusuk-rusuk-Mu, menyiksa Engkau sedemikian dengan cara menyengsarakan dan mengerikan sehingga semua kemanusiaan Maha Kudus-Mu mengalami sebuah perubahan yang membuat Engkau tak dikenali lagi. Cinta yang membuat Hati-Mu terbakar, membakar-Mu. Tak mampu menahannya, Engkau merasa siksaan itu begitu dashyatnya tidak hanya pada kehausan secara fisik karena seluruh Darah-Mu tertumpah, tetapi lebih lagi, dahaga yang membakar akan kesehatan jiwa-jiwa kami. Engkau ingin meminum kami sebagai air untuk memberikan kepada kami semua keselamatan di dalam Diri-Mu sendiri. Jadi, mengumpulkan kekuatan-Mu yang memudar, Engkau berteriak:

“Aku haus!”

Ya, Engkau mengulangi kata-kata ini di setiap hati:

“Aku haus akan kehendakmu, akan kasih-mu, akan hasrat-mu, akan cinta-mu. Engkau tidak dapat memberikan air yang lebih menyejukkan dan menyegarkan daripada jiwamu sendiri. Mohon, janganlah buat Aku terbakar. Aku terbakar dengan dahaga dimana Aku tak hanya merasakan lidah dan tenggorokanku terbakar – dimana Aku tak lagi dapat mengucapkan sebuah kata – tetapi Aku juga merasa Hati-Ku dan organ-organ-Ku sedarang sekarat. Kasihanilah akan kehausan-Ku! Kasihanilah!” Menjadi tak waras karena dahaga yang begitu besar, Engkau menyerahkan Diri-Mu sendiri kepada Kehendak Bapa.

Tidak, hatiku tidak dapat terus hidup seperti ini: aku melihat kejahatan para musuh-Mu yang bukannya memberikan Engkau minum malahan memberikan-Mu kepahitan empedu dan cuka – yang tak Kautolak. Ya, aku mengerti: itulah kepahitan empedu dari begitu banyak dosa; itulah cuka dari hasrat-hasrat yang tak beraturan yang ingin mereka berikan pada-Mu, yang bukannya melegakan-Mu, namun membuat Engkau semakin terbakar.

O Yesus-ku, inilah hatiku, pikiranku, kasihku. Inilah seluruhnya aku, bagi-Mu untuk melepaskan dahaga-Mu dan untuk menyegarkan mulut-Mu yang kering dan pahit. Seluruhnya aku dan seluruh yang kumiliki untuk-Mu, O Yesus-ku. Jika kesakitan-kesakitan-ku diperlukan untuk menyelamatkan satu jiwa saja, inilah aku. Aku siap untuk menderita segalanya. Aku mempersembahkan diriku seluruhnya bagi-Mu, untuk melakukan apapun terhadapku seperti yang Kau-mau. Aku berniat untuk membuat pemulihan bagi kesakitan yang Kauderita bagi semua jiwa yang tersesat, dan bagi kesakitan yang diberikan oleh jiwa-jiwa itu kepada-Mu sehingga saat Engkau mengijinkan mereka mengalami kesedihan dan ditinggalkan, bukannya mempersembahkan itu semua kepada-Mu untuk melegakan dahaga yang membakar yang melahap-Mu, mereka justru kehilangan hati dan membuat Engkau semakin menderita.

Kata-kata ke-enam:
« Sudah selesai! ».
Yesus-ku yang sekarat, samudera tak berkesudahan akan kesakitan-kesakitan-Mu, api yang membakar-Mu, dan lebih daripada semuanya ini, Kehendak Maha Kuasa Bapa yang menginginkan Engkau wafat, tidak lagi mengijinkan kami untuk berharap bahwa Engkau dapat terus hidup. Bagaimanakah aku dapat hidup tanpa-Mu? Kekuatan-Mu telah habis, mata-Mu kabur, wajah-Mu berubah dan bertiraikan kepucatan yang mematikan. Mulut-Mu setengah terbuka dan nafas-Mu tersengal-sengal demikian rupa hingga tidak lagi ada harapan bahwa Engkau dapat bertahan. Pada api yang membakar-Mu ada pula keringat dingin yang membasahi dahi-Mu. Otot dan syaraf-syaraf berkontraksi tak beraturan karena kesakitan dan karena ditahan oleh paku-paku, sementara luka-luka semakin merobek. Aku gemetar dan merasakan diriku sendiri juga sekarat. O Yesus-ku yang baik, aku melihat Engkau dan melihat airmata terakhir menetes dari mata-Mu mendahului kematian-Mu yang mendekat, dengan usaha yang besar Engkau masih mengatakan kata-kata lagi:

“Sudah selesai!”

O Yesus-ku, sekarang Engkau telah memberikan segalanya. Tiada lagi yang Kausisakan. Cinta telah mencapai ujung akhirnya.

Dan bagaimana dengan aku: Apakah aku seluruhnya terbakar untuk Cinta-Mu? Betapa sungguh aku harus bersyukur kepada-Mu! O Yesus-ku, aku berniat untuk membuat pemulihan bagi setiap orang. Aku berniat untuk membuat pemulihan bagi kurangnya tanggapan akan Cinta-Mu, dan untuk menghibur-Mu untuk semua yang telah Kauterima sebelumnya dari para mahkluk saat Engkau menghabiskan Diri-Mu sendiri untuk cinta pada kami di salib.

Kata-kata ke-tujuh:
«Bapa, ke dalam Tangan-Mu, Kuserahkan nyawa-Ku! »
Yesus-ku yang tersalib, Yesus yang sekarat, Engkau hendak menghembuskan nafas-Mu yang terakhir dari kehidupan fana-Mu. Kemanusiaan Maha Kudus-Mu telah kaku, dan Hati-Mu tampaknya sudah tidak lagi berdetak; jika aku mendengar satu detak jantung, itu begitu lemahnya aku tak yakin Engkau telah wafat dan aku menangis dan berteriak-teriak. Sungguhkah Hidup-ku telah benar-benar mati? Bersama Maria Magdalena, aku memeluk kaki-kaki-Mu; dan jika mungkin, aku ingin memberikan hidup-Ku untuk mencontoh Hidup-Mu. Sementara itu, O Yesus, aku melihat Engkau kembali membuka mata sekarat-Mu, dan melihat sekeliling salib seolah Engkau ingin mengucapkan kata-kata perpisahan terakhir pada setiap orang. Engkau melihat pada ibu-Mu yang sekarang yang tak mampu bergerak dan berkata-kata karena kesakitan yang ia rasakan, dan berkata:

“Selamat tinggal, ibu. Aku pergi, namun aku akan menjaga-Mu di dalam Hati-Ku. Jagalah anak-anak-Ku dan anak-anak-mu.”

Engkau melihat Maria Magdalena yang sedang menangis dan Yohanes yang setia, dan berkata kepada mereka dengan tatapan-Mu: “Selamat tinggal”. Engkau memandang musuh-musuh dengan cinta, berkata kepada mereka dengan tatapan-Mu: “Aku mengampuni kalian; Aku memberikan pada-Mu cium perdamaian.” Tak ada yang terlewat dari pandangan-Mu. Engkau mengampuni setiap orang dan mengucapkan salam perpisahan pada mereka semua. Kemudian, mengumpulkan semua kekuatan-Mu, dengan suatu suara kuat dan bergema Engkau berteriak:

“Bapa, ke dalam Tangan-Mu, Kuserahkan nyawa-Ku!”

Dan Kepala-Mu tertunduk, Engkau wafat…

Yesus-ku, pada teriakan ini semua alam bersedih dan menangisi kematian-Mu – kematian sang Pencipta-nya. Bumi mengalami gempa keras dan getarannya tampak bagai menangis, ingin menggoncangkan jiwa-jiwa untuk membuat mereka sadar bahwa Engkau adalah Allah yang sejati. Tirai Bait Allah terbelah; yang mati bangkit; dan matahari yang sampai kini menangisi kesakitan-Mu, ketakutan dan menarik cahayanya. Pada teriakan ini, semua musuh-Mu jatuh berlutut, memukul dada mereka dan menyatakan: “Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.” Ibu-Mu yang terpaku dan sekarat menderita kesakitan lebih keras daripada kematian. Yesus-ku telah wafat, dengan teriakan ini Engkau menaruh kami juga semua ke dalam tangan Bapa sehingga IA tidak akan menolak kami. Jadi, Engkau tidak hanya menangis dengan suara-Mu, tetapi dengan seluruh kesakitan-Mu dan juga dengan suara-suara Darah-Mu:

“Bapa, ke dalam Tangan-Mu, Kuserahkan nyawa-Ku!”

Yesus-ku, aku juga menyerahkan diriku ke dalam-Mu. Berikanlah aku rahmat untuk mati seluruhnya, di dalam Cinta-Mu dan di dalam Kehendak-Mu. Aku berdoa kepada-Mu, janganlah ijinkan aku, tidak di dalam kehidupan ataupun di dalam kematian, untuk keluar dari Kehendak Maha Kudus-Mu. Sementara itu, aku berniat untuk membuat pemulihan bagi semua yang tidak menyerahkan diri mereka secara utuh kepada Kehendak Maha Kudus-Mu, sehingga kehilangan atau mengurangi buah berharga dari penebusan-Mu. Betapa sedih Hati-Mu merasakannya, O Yesus-ku, melihat begitu banyak mahkluk lari dari pelukan-Mu dan menjadi keras hati! O Yesus-ku, di saat-saat terakhir ini, panggillah semua jiwa di sekeliling-Mu, rangkullah mereka pada Hati-Mu, sementara aku keluar dari Hati-Mu dan mencium luka-luka-Mu dengan cium-ciumku yang terakhir, memohon pengampunan-Mu sekali lagi, dan berjanji untuk selalu mencintai-Mu di bumi ini dan tak akan pernah melakukan pelanggaran terhadap-Mu lagi.

Yesus-ku, aku mencium kepala-Mu yang dimahkotai duri. Aku mohon pengampunan-Mu untuk begitu banyak pikiran akan kesombongan, ambisi dan harga diri. Aku berjanji pada-Mu kapan pun sebuah pikiran datang padaku yang tidak berasal daripada-Mu, Yesus-ku – dan aku mendapatkan diri-Ku akan melakukan pelanggaran terhadap-Mu – aku akan segera berteriak: “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”

O Yesus, aku mencium mata-Mu yang indah yang masih bermandikan air-mata dan berlumuran darah. Aku mohon pada-Mu untuk mengampuni aku di segala waktu aku melakukan pelanggaran terhadap Engkau dengan pandangan-pandangan jahat dan tak sopan. Aku berjanji kapanpun mataku terbawa akan hal-hal bumi ini, aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”

O Yesus-ku, aku mencium telinga Maha Kudus-Mu, dipekakkan hingga akhir oleh hinaan dan hujatan-hujatan yang mengerikan. Aku mohon pengampunan untuk segala waktu dimana aku telah mendengarkan atau telah membuat orang lain mendengarkan perbincangan yang membuat kami menjauh dari-Mu, dan pada begitu banyak percakapan jahat yang diperbincangkan para mahkluk. Aku berjanji bahwa setiap kali aku mendengarkan pembicaraan-pembicaraan tak berguna, aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”

O Yesus-ku, aku mencium wajah Maha Kudus-Mu, pucat, memar dan tertutup dengan darah. Aku mohon Engkau mengampuni ejekan-ejekan yang tak terbilang banyaknya, penghinaan dan olok-olok yang telah Engkau terima dari kami, para mahkluk yang jahat, dengan dosa-dosa kami. Aku berjanji, setiap saat aku tergoda untuk tidak memberikan seluruh kemuliaan, cinta dan penyembahan pada-Mu, aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”

O Yesus-ku, aku mencium mulut Maha Kudus-Mu, kering dan kepahitan. Engkau telah menghembuskan nafas terakhir-Mu dan ketika aku mendekati Engkau, aku melihat mulut-Mu seluruhnya kering dan kepahitan. Aku mohon pengampunan untuk segala waktu aku telah melakukan pelanggaran terhadap-Mu dengan pembicaraan-pembicaraan yang jahat, menambah kepahitan-Mu dan membuat Engkau semakin kehausan. Aku berjanji bahwa kapanpun pikiran datang padaku untuk mengatakan hal-hal yang akan melakukan pelanggaran terhadap Engkau, aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”

O Yesus-ku, aku mencium leher Maha Kudus-Mu. Aku masih melihat tanda bekas rantai-rantai dan tali yang menekan-Mu. Aku mohon pengampunan-Mu untuk begitu banyak ikatan dan ketergantungan para mahkluk, yang menambah tali-tali dan rantai-rantai pada leher Maha Kudus-Mu. Aku berjanji kapan pun aku merasa terganggu oleh keterikatan, hasrat atau kasih yang tidak berasal dari-Mu, aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”

Yesus-ku, aku mencium punggung Maha Kudus-Mu. Ketika Engkau terpaku pada salib, aku dapat dengan mudah melihat betapa tercabik-cabiknya Tubuh Maha Kudus-Mu! Betapa dalamnya luka-luka-Mu dan betapa itu menyakitkan Engkau, diperparah dengan kedinginan! Aku mohon pengampunan-Mu akan begitu banyak kepuasan gelap dan bagi begitu banyak dosa yang dilakukan oleh lima panca indera tubuh kami. Aku berjanji kapanpun pikiran datang padaku untuk mengambil kenikmatan atau kepuasan yang tidak diperuntukkan bagi kemuliaan-Mu, aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”

Yesus-ku, aku mencium dada Maha Kudus-Mu. Aku mohon ampun pada-Mu untuk begitu banyak kepuasan gelap dan bagi begitu banyak dosa yang dilakukan oleh lima panca indera tubuh kami . Aku berjanji kapanpun pikiran datang padaku untuk mengambil kenikmatan atau kepuasan yang tidak diperuntukkan bagi kemuliaan-Mu, aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”

Yesus-ku, aku mencium dada Maha Kudus-Mu. Aku mohon Engkau mengampuni akan begitu banyaknya hati yang dingin, yang mengabaikan, suam-suam kuku dan begitu tak berterimakasih yang mengerikan yang Kauterima dari para mahkluk. Aku berjanji kapanpun aku merasa menjadi dingin terhadap Cinta-Mu aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”

Yesus-ku, aku mencium tangan Maha Kudus-Mu. Keduanya berisi karya kami dan dengan karya kudus-Mu, Engkau menebus kami dengan kesedihan-kesedihan yang paling pahit dan menyengsarakan. Aku mohon pengampunan-Mu bagi pekerjaan jahat dan pengabaian, dan bagi begitu banyak tindakan yang dihancurkan oleh cinta diri atau harga diri. Aku berjanji kapanpun pikiran datang padaku yang tidak berkarya hanya untuk Cinta-Mu aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”

O Yesus-ku, aku mencium kaki-kaki Maha Kudus-Mu. Aku mohon pengampunan-Mu untuk begitu banyak langkah dan begitu banyak cara yang dilakukan tanpa niat yang benar, dan bagi begitu banyak yang berpaling dari-Mu, untuk mencari kenikmatan-kenikmatan bumi. Aku berjanji kapanpun pikiran datang kepadaku untuk berpaling daripada-Mu aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”

O Yesus, aku mencium Hati Maha Kudus-Mu, dan saat aku melakukan itu, aku menyertakan diriku sendiri ke dalam-Nya. Inilah saat-saat terakhir dari kehidupan-Mu yang fana, dan Engkau ingin mengumpulkan semua jiwa di dalam tangan-Mu dan membawa serta-Mu. Tetapi, Yesus, saat kusertakan hatiku pada Hati-Mu, aku melakukannya pertama-tama dan bersama dengan Cinta-Mu, penderitaan dan kehendak-Mu, aku berniat untuk menyertakannya di dalam Hati-Mu semua jiwa yang telah Engkau tebus sehingga setiap orang akan diselamatkan, tak ada yang terkecuali.

O Yesus, tak ada yang ditolak pada saat-saat sekarat seseorang. Engkau hendak menghembuskan nafas terakhir-Mu, aku mohon pada-Mu rahmat untuk mengijinkan aku untuk mati bersama-Mu, atau paling tidak anugerahilah Hati-Mu sebagai ruangku, Darah-Mu sebagai minumanku, seluruhnya Engkau sebagai makananku – jika tidak bagaimanakah aku dapat hidup tanpa-Mu? O Yesus, sertakanlah aku di dalam Hati-Mu dan tutuplah pintu-pintu bagiku sehingga aku tidak melihat apapun juga selain Engkau. Aku berjanji kapanpun aku tergoda untuk meninggalkan Hati Kudus-Mu aku akan segera berteriak, “Yesus dan Maria, kuserahkan jiwaku kepada-Mu!”



RENUNGAN DAN PRAKTEK

Yesus dihabiskan oleh kehausan. Lidahnya kering, dahaga yang begitu dashyat telah berubah menjadi lidah api. Dan dapatkah aku berkata bahwa aku telah dihabiskan oleh cinta bagi Yesus? Apakah aku memiliki dahaga yang membakar untuk Yesus? Apakah pikiran-pikiran dan kasih-ku selalu berusaha untuk menyegarkan Dia di dalam dahaga-Nya yang dashyat? Atau apakah aku haus untuk hal-hal materi?

Sering kali kemauan meminta jiwa-jiwa, tetapi pada suatu titik hasrat mereka berpaling pada yang lainnya, bukan pada hal-hal baik – tetapi pada hal-hal yang menarik bagi kepentingan diri sendiri. Karena hal ini tidak sejalan dengan kehendak maka kehendak tertinggal sendirian. Dan, tak sanggup berjalan seiring dengan hasrat dan kasih, hal itu menenun sebuah jaring pengaruh di sekitar Yesus yang dengan demikian memaksa Dia untuk membuat perjanjian dan membiarkan hasrat dari kehendak. Dan ketika jaring ini tidak utuh, tidak mungkinlah bagi jiwa-jiwa untuk menghadapi Keadilan Ilahi. Agar mampu untuk menyempurnakan jaring pengaruh-pengaruh ini secara utuh, di atas segalanya aku akan menaruh diriku di dalam Yesus Kristus, dan kemudian aku akan menggandakan diriku di setiap tetes Darah-Nya, di setiap kesakitan dan doa-Nya sehingga keadilan akan mendapatkan topangan yang utuh. Kemudian aku akan menuangkan diriku ke dalam semua mahkluk, menyentuhkan tetesan-tetesan darah mereka dengan tetesan-tetesan Darah Yesus, luka-luka di dalam jiwa-jiwa mereka bersama luka-luka Yesus, untuk menyembuhkan mereka. Aku akan menyentuhkan kesedihan-kesedihan mereka dengan kesedihan Yesus sehingga mereka akan mendapat penghiburan. Aku akan menggandakan diriku sendiri pada masing-masing dan setiap pelanggaran, mempersembahkan sebuah tindakan pemulihan bagi mereka satu per satu.

Dengan suara-suara Yesus aku akan menangis di dalam setiap hati, sehingga aku membawa mereka semua kepada-Nya dan menenun diriku ke dalam Yesus dan ke dalam semua para mahkluk, ikatanku akan utuh. Aku akan menaruhnya di sekitar Yesus, sehingga Keadilan Ilahi-Nya akan dipenuhi dan dipuaskan secara utuh. Dan, dengan berani, aku akan menahan keadilan-Nya, dan aku akan minta keadilan-Nya bagi jiwa-jiwa dan Dia tidak akan sanggup untuk menolak mereka bagiku, sebab semua keadilan dipenuhi di dalam Yesus. Tuhan menginginkan semua jiwa diselamatkan, tetapi juga ingin meminta Keadilan untuk dijalankan. Ketika Keadilan dipenuhi di dalam jiwa-jiwa, ia tidak akan lagi menuntut dan akan menyelamatkan jiwa-jiwa. Sehingga api menyala saat ada perjanjian terpenuhi di dalam kita; ketabahan kita di dalam kebaikan merawat api itu dan menjadikan kita berani bersama Hati Ilahi, memohon apa yang diinginkan-Nya sendiri.

O, kedahagaan akan jiwa-jiwa! Dapatkah aku mengatakan bahwa engkau adalah takdir hasratku? Jika bukan, berarti aku tidak seutuhnya bersatu denganmu. Yesus-ku yang sengsara, tuangkanlah kedahagaan-Mu padaku, sehingga aku akan menjadi lidah api seperti Engkau. Yesus haus dan tak mampu menahan kehausan yang menghabiskan Dia, Ia berkata, semuanya telah selesai. Kemudian Yesus secara utuh habis bagi kita. Apakah aku melakukan setiap tindakan di dalam segala yang kulakukan untuk terus menerus dihabiskan karena Cinta pada Yesus? Atau aku membiarkan sesuatu merembes keluar dariku yang dapat membuat frustrasi hubunganku dan Yesus? Setiap pikiran, perkataan dan perbuatan bagi Yesus menghabiskan Dia. Apakah setiap pikiran, perkataan dan perbuatanku memecut aku untuk menghabiskan diriku sendiri bagi cinta kepada Yesus? Di dalam Yesus, segalanya tak terbatas: pandangan-pandangan, kata-kata, penderitaan. Dan sebagaimana di dalam Yesus, juga di dalam kita segala sesuatu harus tak terbatas di dalam cinta kepada-Nya.

Setiap tindakan tambahan yang dilakukan Yesus adalah tindakan menghabiskan Diri yang dipersembahkan kepada Bapa-Nya dan kemudian diberikan-Nya kepada kita. Dapatkah kita mengatakan bahwa setiap perbuatan kita adalah perbuatan yang menghabiskan diri bagi Yesus? Kita ingin mengirimkan penderitaan kita terbang pada Salib Yesus, untuk menemani penderitaan-penderitaan-Nya, sehingga Ia akan berbagi api-Nya dengan kita. Dan ketika penderitaan-penderitaan kita menemani Yesus dan disalibkan dengan-Nya, kita akan berkata pada-Nya: “Yesus, aku ingin mengulangi perbuatan-perbuatan-Mu, aku ingin penderitaan-penderitaan-ku bertambah nilainya melalui penderitaan-penderitaan-Mu sendiri, dan aku ingin memenuhi tugas yang sama yang Kau-lakukan di Salib bagi Bapa-Mu dan bagi semua jiwa.”

Yesus akan sangat bergembira sehingga Ia akan mengubah kesakitan-Nya menjadi kesakitan kita, akan memberikan kita pengaruh-pengaruh yang sama, dan bagaikan pemikat yang manis akan menarik hati kita dekat pada Hati-Nya, dan akan mendapatkan kelegaan dari kesakitan-kesakitan-Nya di dalam kesakitan-kesakitan kita sehingga ketika aku menderita aku segera mengirimkan penderitaan-penderitaanku di salib pada Yesus. Dan Ia akan terpesona akan penderitaanku, mendapatkan bantuan dari penderitaanku. Seringkali, ketika kita harus melakukan kegiatan inti yang diperlukan, seperti bekerja, beristirahat atau makan, seolah-olah hal yang masih diinginkan oleh Tuhan Yesus ini dari kita, terganggu karena kegiatan inti itu. Untuk membenahi hal ini, aku ingin berkata kepada-Nya: “Lihatlah, O Yesus, saat aku sedang melakukan kegiatan inti manusia, aku protes karena aku ingin menentangnya untuk hanya melakukan keinginan-Mu saja, terhabisi seperti Engkau telah terhabiskan, sehingga membentuk antara Engkau dan aku begitu banyak hubungan yang mengikat. Semoga nafas yang menghabiskan-Mu bertiup ke dalam keberadaan-Ku dan menghabiskan kita berdua. Dan saat aku sibuk, aku menaruh keberadaanku pada nyala api-Mu yang naik, dan bila mereka melihat aku mengganggu tindakan menghabiskan ini antara Engkau dan aku, semoga nyala-nyala api ini membakar dan menghabiskanku bersama dengan-Mu.”

Ketika kesakitan memegang kita, saat kita dimurnikan ataupun sedih, atau khususnya, saat tampaknya kehidupan akan berlalu dari kita – khususnya pada persimpangan inilah kita harus menyatukan penghabisan diri kita pada Yesus Kristus. Tapi, apakah kita melakukannya? Atau kita melencengkan hasrat Tuhan dari kita? Ketika kita menderita, kita harus berpikir bahwa Yesus memberikan penderitaan kepada kita untuk membentuk penghabisan Diri-Nya di dalam kita. Sebab Ia ingin memberikan kita bentuk-Nya, dan karena Ia baik, Ia dengan baik hati menempatkan kesedihan-kesedihan di dalam hati kita. Dan ketika jiwa kita menerimanya, kita harus berpikir bahwa Yesus yang baik menghabiskan seluruh keberadaan-Nya untuk membuat Diri-Nya hidup lagi di dalam kita. Sehingga Yesus menghancurkan seluruh keberadaan kita secara material, untuk membentuk gambaran-Nya di dalam kita. Di dalam penderitaan yang memberatkan kita, kita mengambil penghabisan diri yang Ilahi dan membuat hal itu menjadi milik kita; kita mempersembahkan kepada-Nya hingga tidak ada lagi yang tertinggal pada kita: tak ada lagi pada kita pikiran-pikiran, kekacauan, kekhawatiran dan ketidak-teraturan – sebab jika jiwa menjaga kekhawatiran ini, hal itu menghalangi penghabisan diri yang sejati, membentuk sebuah nyala api yang terpisah. Setiap kesakitan adalah sebuah nyala api yang menghancurkan, dan saat menghabiskan keberadaan kita, hal itu membuat kehidupan Ilahi dilahirkan kembali di dalam kita.

O Yesus, Kehidupanku yang manis, semoga hembusan nafas-Mu selalu berhembus di dalam hatiku yang malang sehingga aku menerima teladan penghabisan Diri-Mu.

Di salib, Yesus menyelesaikan Kehendak Bapa di dalam segalanya dan dengan sebuah tindakan sempurna di dalam berserah kepada Kehendak Maha Kudus-Nya, Ia menghembuskan nafas terakhir-Nya. Apakah aku menyelesaikan Kehendak Tuhan di dalam segalanya? Apakah aku berserah seutuhnya kepada Kehendak-Nya, menyerahkannya ke dalam Tangan-Nya seolah aku ingin membuat kehendak Yesus dan kehendak Bapa menjadi kehendakku sendiri? Apakah aku membiarkan diriku menjadi tak peduli jika sesuatu yang baik ataupun yang buruk terjadi padaku? Apakah aku tetap yakin setia bahwa aku menyerahkan diriku di dalam tangan-Nya yang kudus? Apakah aku terus menerus mati bagi diriku sendiri demi cinta kepada Yesus? Dapatkah aku berkata bahwa saat aku hidup, aku tidak lagi hidup, tetapi aku mati terhadap segalanya demi hidup seutuhnya bagi kepentingan Yesus dan bukan bagi kepentinganku? Dengan kata lain, melakukan hal-hal yang kupikirkan, hasrat, cinta dan mengingatkanku akan hidup demi Yesus sehingga di dalam Dia aku dapat menaruh sampai mati kata-kataku, langkah-langkahku, hasrat-hasratku dan pikiran-pikiranku?

O Yesus-ku, semoga kematianku akan menjadi sebuah kematian yang terus-menerus bagi Cinta-Mu, dan semoga setiap kematian yang kualami menjadi sebuah kehidupan yang ingin kuberikan pada setiap jiwa.


DOA SYUKUR DI SETIAP JAM

Yesus-ku yang terkasih, Engkau telah memanggil aku pada Jam Sengsara-MU ini untuk menemani-MU – dan aku telah datang. Tampaknya aku telah mendengarkan, derita dan kesedihan, doa, penebusan dan sengsara-MU. Dengan suara-suara-MU yang paling mengasihi dan fasih, Engkau memohon keselamatan bagi jiwa-jiwa. Aku mencoba untuk mengikuti Engkau di dalam segala hal. Kini, aku berhutang pada-MU perasaan hatiku “Terimakasih” dan “Aku memberkati-Mu.”

Ya, O Yesus, aku mengulangi “Terimakasih” ribuan dan ribuan kali. Aku memberkati-Mu untuk semua yang telah Engkau lakukan dan telah Engkau derita bagiku dan bagi semua orang. Aku berterimakasih dan aku memberkati-Mu untuk setiap tetes Darah yang Kautumpahkan. Aku berterimakasih untuk setiap helaan nafas, untuk setiap detak jantung, dan setiap langkah-MU. Aku berterimakasih untuk setiap kata, pandangan, penderitaan dan amukan yang telah Engkau alami. Dalam semuanya, O Yesus-ku, aku berharap untuk memberikan-MU “Terimakasih” dan “aku memberkati-Mu” milik-ku. O Yesusku, biarlah jiwaku mengirimkan aliran syukur dan berkat bagi-MU yang terus menerus – untuk menarik bagi kami semua aliran limpah berkat dan rahmat-MU. Aku mohon, O Yesus, tekanlah aku di Hati-MU, dan dengan tangan-tangan-MU yang kudus materaikan setiap partikel keberadaanku dengan “Aku memberkatimu” daripada-Mu, sehingga tidak ada yang lain selain himne terus menerus bagi-MU yang berasal dariku.”

Dengan demikian aku meninggalkan keberadaanku di dalam Engkau, untuk mengikuti engkau di dalam setiap apa yang Kau-lakukan; lebih baik lagi, Engkau akan begitu hidup di dalam aku sehingga aku akan meninggalkan pikiran-pikiranku di dalam Engkau untuk membela Engkau dari musuh-musuh-MU, nafas-nafasku sebagai teman setia, detak jantungku untuk mengingatkan “Aku cinta pada-MU” milikku, dan untuk memberikan pada-MU cinta dimana orang lain menolak untuk mencintai-MU; aku akan memberikan kepada-MU tetesan-tetesan darahku untuk menebus dan mengembalikan hormat dan salam yang disangkal oleh musuh-musuh-MU dengan penghinaan-penghinaan dan pelanggaran-pelanggaran. Aku akan meninggalkan seluruh keberadaanku sebagai seorang penjaga.

Cinta-ku tersayang, saat aku harus melakukan kewajiban-kewajibanku, aku tetap akan tinggal di dalam Hati-MU. Aku takut meninggalkannya. Tidakkah hal itu benar bahwa Engkau akan menjagaku di sini? Detak-detak jantung kita akan terus bersentuhan sehingga Engkau akan memberikan aku kehidupan, cinta dan persatuan yang dekat dan tak terpisahkan bersama-MU.

Yesus, jika Engkau melihat bahwa dari waktu ke waktu aku akan terpisah daripada-MU, biarlah detak jantung-MU mempercepat detak jantungku. Biarlah tangan-tangan-MU menekanku lebih dekat pada Hati-MU; biarlah mata-MU melihat aku dan menyayat aku dengan cahaya api sehingga aku dapat merasakan kehadiran-MU dan segera kembali ke dalam persatuan dengan-MU.

O Yesus-ku, berjagalah sehingga Aku tidak akan melelahkan-MU. Aku mohon pada-MU, jagalah aku. O berikanlah aku sebuah cium, peluklah aku, dan berkatilah aku! Berikanlah tangan-tangan-MU yang maha kudus sehingga aku dapat melakukan segala sesuatu yang harus kulakukan untuk bersatu dengan-MU! Yesus-ku, berikanlah aku cium Kasih Ilahi, peluklah aku dan berkatilah aku; aku akan mencium Hati-MU yang memabukkan dan beristirahat di dalam Engkau.

-------

Sumber terjemahan:

Blogspot Devosi 24 Jam Sengsara Tuhan Yesus



No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.